KOI Nilai Pandemi COVID-19 Ubah Peta Persaingan di Olimpiade Tokyo

Rully Fauzi Suara.Com
Selasa, 10 Agustus 2021 | 12:57 WIB
KOI Nilai Pandemi COVID-19 Ubah Peta Persaingan di Olimpiade Tokyo
Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari. [Instagram @noc.indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari menilai pandemi COVID-19 telah mengubah peta persaingan di Olimpiade Tokyo lalu.

Pernyataan ini ia sampaikan merujuk pada hasil akhir klasemen perolehan medali dalam pesta olahraga terbesar di dunia tersebut.

Menurut Okto, sapaan akrab Raja Sapta Oktohari, Olimpiade 2020 Tokyo yang merupakan multievent pertama pada masa pandemi telah membuat banyak kejutan.

Banyak negara yang sebelumnya tak berprestasi, justru di Olimpiade kali ini membuat pencapaian sensasional. Ia pun memaparkan data yang menunjukkan negara peraih medali di Olimpiade Tokyo mencapai 93 dari total 206 kontingen peserta.

Baca Juga: Rogoh Kocek Rp 677 Miliar, AS Roma Siap Gaet Tammy Abraham dari Chelsea

Jumlah tersebut menjadi rekor terbanyak sepanjang sejarah, memecahkan rekor 87 negara peraih medali di Olimpiade 2008 Beijing dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

"Artinya, ada peningkatan tujuh negara atau 3,6 persen dibandingkan Olimpiade Rio de Janeiro," kata Okto seperti dimuat Antara.

Lebih lanjut, Okto mengungkapkan setidaknya ada 17 negara yang peringkatnya naik tajam di Olimpiade Tokyo. Salah satu di antaranya adalah negara tetangga Filipina, yang membuat pencapaian sensasional.

Filipina menjadi pesaing teranyar Indonesia setelah Thailand, yang dalam empat gelaran Olimpiade selalu menjadi negara Asia Tenggara terbaik dari segi peringkat.

Filipina untuk pertama kalinya dalam sejarah meraih medali emas melalui lifter Hidilyn Diaz pada cabang angkat besi nomor 55kg putri.

Baca Juga: Donnarumma Indikasikan Transfer Lionel Messi ke PSG Hampir Tuntas

Secara keseluruhan, Filipina finis di urutan ke-50 dalam klasemen akhir perolehan medali Olimpiade Tokyo dengan torehan satu emas, dua perak dan satu perunggu, meningkat dibandingkan pencapainnya di Rio de Janeiro yang finis di peringkat ke-69.

Hasil tersebut juga lebih baik dari Indonesia yang finis di urutan ke-55 klasemen Olimpiade Tokyo dengan raihan satu emas, satu perak dan tiga perunggu. 

Selain Filipina, sejarah juga diciptakan Bermuda dan Qatar yang akhirnya meraih emas perdana mereka sepanjang keikutsertaan di ajang Olimpiade.

Sementara itu, Burkina Faso, San Marino dan Turkmenistan juga menyabet medali pertama mereka di Olimpiade Tokyo. Sedangkan Makedonia Utara memenangi perak pertamanya setelah sebelumnya hanya mengantongi satu perunggu.

Beberapa negara lain yang turut mengalami peningkatan prestasi di Olimpiade, di antaranya yaitu Norwegia yang menempati peringkat ke-20 di Olimpiade Tokyo atau jauh lebih baik dari sebelumnya di Rio de Janeiro pada urutan ke-74.

Peningkatan prestasi juga dialami Bugaria yang finis di urutan ke-30, atau lebih baik dibanding Rio di posisi ke-66. Pun demikian Taiwan yang mengakhiri Olimpiade Tokyo di urutan ke-34, lebih baik dari sebelumnya di peringkat ke-50.

Terkait Kontingen Indonesia sendiri, Okto menyampaikan ada beberapa langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi, termasuk di Olimpiade Paris pada 2024 nanti. Salah satunya, yaitu dengan mengawasi langsung proses kualifikasi Olimpiade Paris. 

"NOC Indonesia akan mengawal langsung proses kualifikasi untuk semua cabang olahraga sehingga bisa menambah pasukan di Olimpiade Paris nanti," tutur Okto yang juga merupakan Presiden NOC Indonesia.

Menurut dia, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Olimpiade Tokyo, terutama dalam mengejar tiket kualifikasi yang biasanya baru gencar dilakukan saat sudah mendekati waktu pelaksanaan pesta olahraga empat tahunan tersebut.

"Sedangkan negara lain sudah mempersiapkan diri sejak awal atau jauh-jauh hari. Kita banyak belajar, sehingga harus terstruktur sejak awal untuk bisa meloloskan banyak atlet," ujar Okto.

Selain ikut serta dalam pelaksanaan kualifikasi sejak awal, ia juga berupaya agar ajang untuk kualifikasi Olimpiade Paris nanti bisa digelar di Indonesia.

"Kami juga melihat beberapa kemungkinan, bukan hanya ikut kualifikasi, tetapi memungkinkan proses kualifikasi itu di Indonesia. Sangat mungkin, kita pernah menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Kita bisa menggelar event di Indonesia untuk kualifikasi Olimpiade Paris," pungkas Okto penuh keyakinan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI