Dia berargumen, GANEFO hanyalah sebuah penerimaan bahwa olahraga memiliki dimensi politik, sebuah cara untuk meratakan arena bertanding bagi para atlet dan aspirasi negara Dunia Ketiga, dan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk menggunakan olahraga untuk membangun infrastruktur dan kebanggaan nasional.
Banyak ragam pendapat tentang kesuksesan GANEFO. Kebanyakan atlet datang secara tidak resmi dan dalam kegiatannya penari serta musikus sama sentralnya seperti para atlet. Cina memimpin dalam pengumpulan medali diikuti Uni Soviet dan Indonesia. Namun, GANEFO sukses dalam mencapai tujuan membangun bangsa melalui olahraga.
Indonesia tidak meneruskan perlawanannya, tapi tidak mengalami kerugian besar juga. Indonesia diterima kembali oleh IOC tepat sebelum Olimpiade Tokyo 1964 - tapi memilih untuk memboikot kejuaraan tersebut setelah IOC menolak mengizinkan para atlet yang bertanding dalam GANEFO ikut serta dalam Olympiade ‘64.
Sementara itu, aturan kompetisi olahraga internasional mulai berubah. Sulit untuk terus berpura-pura bahwa olahraga internasional apolitis sesudah kejadian ini.
IOC melarang Afrika Selatan dalam Olimpiade Tokyo pada 1964 dan boikot kejuaraan-kejuaraan olahraga di Afrika Selatan berperan dalam membangun tekanan global untuk menghentikan apartheid.
Olimpiade, rugby dan olahraga lainnya menjadi arena konfrontasi politik internasional secara rutin, dan hampir menggagalkan, contohnya, Olimpiade 1976 di Montréal. Masyarakat adat di Kanada secara terus menerus mengangkat masalah penggambaran Olimpiade Musim Dingin di Kanada sebagai hal yang “apolitis”.
Penyelanggara GANEFO memberikan kesempatan pada Mesir untuk menjadi tuan rumah GANEFO kedua, tapi harus membatalkan kegiatan tersebut karena menghadapi potensi perang dengan Israel. Kamboja menjadi tuan rumah “Asian GANEFO” pada 1966. Upacara pembukaan pada kegiatan tersebut mencoba menghidupkan upaya membangun kebangsaan seperti pada GANEFO di Indonesia.
Dengan pesta terakhir itu, GANEFO menghilang dan tidak pernah muncul kembali. Namun, kita bisa lihat warisannya dalam cara negara-negara Dunia Ketiga menggunakan olahraga sebagai wahana meraih tujuan politik internasional. Dalam hal ini, premis GANEFO keluar sebagai juara.
Artikel ini sudah tayang di The Conversation.
Baca Juga: Panjat Tebing Bisa Jadi Tambang Medali Indonesia di Olimpiade