Panjat Tebing Bisa Jadi Tambang Medali Indonesia di Olimpiade

Syaiful Rachman Suara.Com
Sabtu, 07 Agustus 2021 | 16:41 WIB
Panjat Tebing Bisa Jadi Tambang Medali Indonesia di Olimpiade
Atlet panjat tebing Indonesia Kiromal Katibin (kiri) dan rekannya Veddriq Leonardo (kanan) melakukan selebrasi setelah mencatat waktu tercepat dalam kejuaraan Piala Dunia Panjat Tebing 2021, di Salt Lake City, Utah, Ametika Serikat, Jumat (28/5/2021). [ANTARA FOTO/ Reuters-Jeffrey Swinger-USA TODAY Sports]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Semoga saja begitu. Namun yang tengah diupayakan Yenny itu adalah yang juga dilakukan negara-negara yang berjaya dalam Olimpiade.

Pembinaan sejak dini dan dukungan ekstensif semua kalangan, tak semata organisasi pengelola cabang olahraga, adalah kunci sukses atlet di tingkat dunia, termasuk Olimpiade.

Contohnya perenang-perenang Australia, terutama putri. Mereka lahir dari pantauan sejak dini, lalu masuk sistem kompetisi yang ketat untuk kemudian intensif mengikuti turnamen-turnamen. Semua pihak terlibat atau dilibatkan, sampai perenang-perenang itu merajai kolam renang Olimpiade.

Kaum perempuan Australia bahkan aktif mendorong anak-anak mereka berenang guna mencapai level tertinggi sampai Olimpiade, sementara pemerintah pada berbagai tingkatan aktif memfasilitasi keluarga-keluarga Australia yang 12 persen di antaranya memiliki kolam renang itu. Seluruh anak Australia diajari renang sejak dini karena renang sudah merupakan filosofi negara benua yang juga menyadari diri sebagai negara maritim itu.

Pun dengan Jamaika. Negeri yang jauh lebih miskin dibandingkan Indonesia ini lebih realistis lagi dengan hanya fokus mengejar medali nomor-nomor yang sangat mereka kuasai, khususnya lari jarak pendek.

Jamaika juga melakukannya sejak dini. Mereka bahkan memiliki kejuaraan tingkat SMA yang bergengsi dan sudah berdiri sejak 1910 untuk menghasilkan para raja dan ratu sprint dunia seperti Marlene Ottey, Usain Bolt, dan Elaine Thompson-Herah.

Jamaika memelihara dan memuliakan kompetisi lari tingkat SMA yang disebut Inter-Secondary Schools Boys and Girls Championships yang menjadi kawah candradimuka pelari-pelari Jamaika untuk menguasai arena-arena sprint dunia.

Swasta mesti aktif

Swasta mereka pun aktif, karena mereka tahu atlet berprestasi adalah juga menyangkut citra produk, jasa dan profil mereka. Mereka menyadari keterlibatan dalam meninggikan dunia olah raga adalah bagian dari bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat yang menjadi konsumennya dan bahkan sumber vital sistem produksi mereka.

Baca Juga: Cita-cita Luhur Eko Yuli Irawan: Bangun Sasana Angkat Besi Demi Cetak Lifter Andal

Indonesia juga tak kekurangan swasta-swasta berpola pikir seperti itu. Salah satunya adalah Djarum yang turut aktif membesarkan bulu tangkis Indonesia hingga konstan menjadi salah satu kekuatan dominan dalam bulu tangkis global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI