Suara.com - Gabby Thomas menjadi mahasiswa lulusan Universitas Harvard yang menjadi bahan pembicaraan pada Olimpiade Tokyo 2020.
Sebab, atlet berusia 24 tahun ini berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan paling cepat ketiga di dunia sepanjang masa.
Pasalnya, ia berhasil menyabet peringkat ketiga pada nomor lari 200 meter putri dengan catatan waktu 21.87 detik dan sukses membawa pulang medali perunggu.
Sedangkan medali perak diraih oleh C Mboma dengan 21.81 detik. Adapun pelari tercepat di nomor ini diraih oleh Thompson-Herah dengan waktu 21.53 detik.
Baca Juga: Anthony Ginting Dapat Julukan Baru usai Sabet Medali Perunggu Olimpiade Tokyo
Sebagai informasi, atlet peraih medali emas yang disebut terakhir itu juga memenangkan nomor 100 meter dan 200 meter pada Olimpiade Rio 2016 yang lalu.
Profil Gabby Thomas
Perempuan dengan nama lengkap Gabrielle Thomas ini lahir di Atlanta, Georgia, pada 7 Desember 1996. Ia merupakan anak dari pasangan Jennifer Randall dan Desmond Thomas.
Ibunya adalah seorang akademisi. Darah inilah yang membuatnya meneruskan jejak di dunia yang sama.
Sejak 2007, Thomas harus pindah ke Massachusetts karena ibunya harus mengajar di University of Massachusetts setelah mendapatkan gelar Doktor dari Emory University.
Baca Juga: Atlet Australia Rusak Kamar Olimpiade Tokyo 2020, Bikin Ulah di Pesawat
Sebetulnya, lari bukanlah olahraga pertama yang ditekuni Thomas ketika ia masih berusia remaja. Sebab, ia awalnya bermain softball dan sepak bola.
Perkenalannya dengan cabang atletik dimulai ketika masuk SMA. Saat itu, ia menciptakan sejumlah rekor dan menjadi juara setiap tahun ketika sekolah di Willistion Northampton School.
Perjalanan sebagai akademisi
Selain berstatus sebagai atlet, perempuan berkebangsaan Amerika ini juga berstatus sebagai akademisi.
Pada jenjang sarjana, ia mengambil jurusan Neurobiologi dan Kesehatan Global di Universitas Harvard.
Selama menimba ilmu di Harvard, Thomas memenangi 22 kejuaraan selama tiga tahun di cabang atletik.
Bahkan, dia juga menciptakan sejumlah rekor di Ivy League pada nomor 100 meter, 200 meter, dan indoor 60 meter.
Kemudian, gelar Masternya diraih di Universitas of Texas at Austin di bidang Epidemiologi.
Pada tahun ini, Thomas sempat mengalami sebuah masalah kesehatan. Sebab, hasil MRI menunjukkan ada tumor di hatinya. Beruntung, tumortersebut terbilang jinak dan bisa disembuhkan.
Kontributor: Muh Adif