Suara.com - Greysia Polii / Apriyani Rahayu sukses merebut medali emas usai mengalahkan pasangan China, Chen Qing Chen / Jia Yi Fan di nomor ganda putri cabang olahraga (cabor) bulutangkis Olimpiade Tokyo, Senin (2/8/2021) siang WIB.
Di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia / Apriyani tampil bak kesetanan dan menang dua gim langsung, 21-19 dan 21-15. Ini pun menjadi emas pertama bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade 2020 Tokyo.
Dalam partai final itu, disadari atau tidak, Greysia menggunakan gaya servis yang hampir punah digunakan di sektor ganda, yakni servis forehand. Sebagai informasi, mayoritas pemain ganda bulu tangkis selalu memakai gaya servis backhand.
Sebab, servis backhand dianggap sebagai gaya yang aman karena shuttlecock bisa tipis melewati jaring net. Sementara gaya forehand kerap menghasilkan pukulan tinggi yang rentan terkena smash langsung dari lawan.
Baca Juga: Deretan Bonus untuk Greysia dan Apriyani, Makan hingga Perawatan Gratis Seumur Hidup
Namun, Greysia bisa menggunakan servis forehand dengan baik. Dia mampu mengatur ketinggian shuttlecock sesuka hati, sehingga bisa menjadi sebuah senjata tersendiri.
Lantas, mengapa Greysia begitu 'berani' menggunakan gaya servis forehand?
Semua ini bermula dari cedera bahu pada 2011. Cedera itu membuat Greysia tidak bisa menggunakan servis backhand dengan baik dan berujung menjadi kelemahan dirinya dan berpengaruh terhadap performa.
"Saya mengalami patah bahu pada 2011 dan setelah itu saya tidak bisa mendapatkan servis backhand saya. Saya selalu frustrasi dengan kelemahan saya dalam melakukan servis. Jadi saya terus mencoba, tetapi tetap saja saya akan gugup. Saya tidak tahu kenapa," kata Greysia kepada BWF.
"Setelah beberapa lama merenung, saya harus menerima bahwa menolak untuk berubah adalah karena harga diri saya. Dulu saya berkata pada diri saya sendiri: "hai Grey, Anda seorang pebulu tangkis, kenapa Anda tidak bisa melakukan servis?," lanjutnya bercerita.
Baca Juga: Bikin Rusuh Usai Unggah Foto Editan Greysia Polii, Maell Lee: Komedi Tanpa....
Namun, setelah merenung bertahun-tahun, petuah datang dari pelatih Eng Hian agar ada perubahan gaya servis, hingga akhirnya Greysia memutuskan untuk melatih servis forehand-nya.
Gaya servis forehand untuk seorang pemain ganda tentu mendapat sorotan dari berbagai pihak karena jarang digunakan pemain ganda. Namun, pelatih Eng Hian meminta Greysia untuk masa bodoh dengan mulut orang lain.
Pasalnya, menurut pelatih Eng Hian, gaya servis tidak penting, yang utama adalah seberapa ampuh dan efektif servis tersebut.
"Jadi setelah merenungkan ini setelah bertahun-tahun, saya menyadari bahwa saya harus menerima kelemahan ini. Untuk bermain di level profesional, saya harus menerimanya sebagai kelemahan saya dan kemudian membuat strategi ulang," ujar Greysia.
"Pelatih saya bilang, yang penting intinya, bukan metode servisnya. Jadi, saya mengubahnya dari bulan pertama tahun lalu tepatnya sejak Malaysian Masters 2020," lanjutnya.
"Servis tinggi tidak terlalu berisiko. Saya harus mempertajam servis saya, apakah rendah atau tinggi. Saya harus merasa nyaman dulu sebelum saya mengerti maksudnya. Jadi saya perlu melakukan apa pun yang saya suka, apa pun yang membuat saya nyaman," ucap Greysia lagi.
"Anda bisa melakukan variasi seperti servis film. Dengan pukulan keras seperti pemain Korea, kami bisa mempertahankan pukulan keras itu. Ini akan menjadi masalah ganda putra dan campuran karena putra dapat melakukan smes lebih keras," lanjutnya.
"Pelatih saya mengatakan kepada saya bahwa saya tidak perlu memikirkan tentang apa yang dikatakan orang lain atau lawan saya, saya hanya perlu memikirkan intinya. Dan itu terbukti berkali-kali," tuturnya menambahkan.
Servis forehand Greysia Polii memberikan dampak positif terhadap performanya. Terbukti, setelah menggunakan gaya servis itu, Greysia bersama Apriyani Rahayu berhasil menjuarai Thailand Open I 2021, mencapai semifinal Thailand Open II 2021, dan emas Olimpiade.