Mengapa Atlet Suka Gigit Medali saat Foto di Podium? Ini Sejarahnya

Irwan Febri Rialdi Suara.Com
Kamis, 29 Juli 2021 | 15:30 WIB
Mengapa Atlet Suka Gigit Medali saat Foto di Podium? Ini Sejarahnya
Para atlet Olimpiade menggigit medali emas yang mereka peroleh. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meraih medali menjadi impian bagi para atlet yang berlaga di ajang sekelas Olimpiade. Tak ayal, beragam selebrasi atau perayaan pun dilakukan saat meraih medali, salah satunya adalah dengan menggigitnya.

Pose gigit medali nampak menjadi tradisi saat seorang atlet meraih medali emas. Tak hanya di Olimpiade, di ajang-ajang lainnya yang berkaitan dengan medali pun tradisi ini tetap dilakukan.

Di Olimpiade 2020 kali ini, terdapat sebuah kontroversi di mana pihak penyelenggara menghimbau atlet tak melakukan tradisi gigit medali saat meraih medali emas.

Hal ini seperti yang diketahui dari cuitan akun Twitter resmi Olimpiade. Dalam cuitan tersebut, pihak Olimpiade menyebut medali yang dipakai berasal dari daur ulang alat elektronik warga Jepang.

Baca Juga: Hajar Australia 7-1, Riau Ega ke Babak Kedua Panahan Olimpiade Tokyo

“Kami hanya ingin secara resmi memastikan bahwa medali Olimpiade Tokyo 2020 bisa dimakan (digigit).  Medali kami dibuat dari material yang didaur ulang dari (barang) elektronik yang didonasikan warga Jepang.

“Jadi, Anda tak perlu menggigitnya. Tapi kami yakin Anda akan tetap melakukannya,” bunyi pernyataan Olimpiade seperti yang dikutip dari laman Independent.

Adanya himbauan itu tetap tak mengurangi antusias atlet untuk menjalankan tradisi gigit medali, terutama saat berfoto.

Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa tradisi ini terus berlanjut? Bagaimana sejarah gigit medali tersebut, terutama saat berfoto?

Sejarah Gigit Medali

Baca Juga: Ridwan Kamil Nimbrung Komentari Cewek Viral yang Nangis Ngaku Didepak dari Olimpiade Tokyo

Medali merupakan penghargaan tertinggi bagi setiap atlet di Olimpiade atau ajang lainnya. Medali terbagi dalam tiga kategori yakni emas, perak dan perunggu.

Secara berurutan, medali ini diberikan kepada tiap juara. Juara pertama mendapat emas, juara kedua mendapat perak dan juara ketiga mendapat perunggu.

Asal usul penggunaan medali sebagai simbol penghargaan atlet sendiri dimulai sejak tahun 1896 atau saat Olimpiade pertama.

Tapi, di gelaran pertama saat itu, Olimpiade tak menggunakan emas melainkan perak untuk juara pertama dan perunggu untuk juara kedua.

Empat tahun berselang atau pada tahun 1900, atlet yang menjadi juara di cabang olahraga tertentu berganti mendapat trofi atau piala, bukan lagi perak.

Barulah pada 1904, emas dibentuk sebagai medali dan digunakan untuk menjadi penghargaan bagi setiap atlet yang menjuarai cabang olahraga tertentu.

Di 1904 itu pula, emas yang dipakai adalah emas solid. Dari sinilah tradisi gigit medali itu bermula. Para atlet menggigit medali yang dipakai untuk memastikan keaslian emas.

Pada zaman dahulu, orang memastikan keaslian emas dengan cara menggigitnya mengingat sifat emas yang lunak dan bisa dibentuk. Sehingga jika medali atau emas meninggalkan bekas gigitan, maka medali atau emas itu adalah asli.

Dewasa ini, kebiasaan itu terus berlanjut di kalangan atlet hingga menjadi sebuah tradisi kendati medali emas saat ini bukanlah murni emas sejak adanya perubahan pada materi yang dipakai di medali pada Olimpiade 1912.

Saat sesi berfoto pun, seorang atlet masih tetap menggigit medali. Selain karena tradisi, ada peran kamerawan yang memang secara khusus meminta atlet menggigit medali saat berfoto.

Kontributor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI