Suara.com - Menpora, Zainudin Amali sampaikan rasa bangga atas peran serta Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, yang mampu melahirkan atlet berprestasi tingkat dunia. Atlet yang dimaksud adalah Kiromal Katibin, yang berhasil memecahkan rekor dunia panjat tebing pada kompetisi internasional, IFSC Boulder World Cup 2021 di Kota Salt Lake, Amerika Serikat.
Pada nomor kecepatan pria, ia mencatat waktu 5,258 detik memecahkan rekor dunia atlet Iran, Reza Aliourshenazandifar, dengan waktu 5,48 detik.
"Saya bangga, Unhawas menjadi tempat atlet meniti karier akademik dan di bidang cabang olahraga. Salut ada atletnya yang memecahkan rekor dunia panjat tebing, yaitu Kiromal Katibin," katanya, saat membuka Webinar Olahraga melalui virtual, dari Sitroom Lantai 9 Graha Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (24/6/2021) pagi.
Menyinggung tema sentral webinar kali ini, yakni "Optimalisasi Industri Olahraga Menyongsong Bidding Tuan Rumah Olimpiade 2032", Menpora menegaskan kembali, saat peringatan Haornas ke-XXXVII lalu, telah dicanangkan tiga tema sekaligus yakni Sport Science, Sport Tourism, dan Sport Industry. Sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, Menpora bersama seluruh stakeholder (KONI, NOC, Akademisi, Praktisi) diperintahkan untuk mereview total ekosistem pembinaan prestasi olahraga.
Baca Juga: Ini Harapan Kemenpora dalam Pelatihan Tenaga Keolahragaan yang Dilakukan di Pekanbaru
"Penduduk Indonesia hampir 270 juta jiwa, sementara dibandingkan dengan negara lain yang penduduknya sedikit olahraganya maju, kita harus mengoreksi diri," ucapnya.
Menpora merespons secara cepat, dengan berdiskusi maraton bersama seluruh stakeholder dengan mempersiapkan rancangan Grand Design Keolahragaan Nasional, dan saat ini sudah proses finalisasi Perpres sebagai dasar hukum.
"Secara garis besar perlu saya sampaikan bahwa dalam grand design, jelas bahwa sasaran utama adalah Olimpiade Paralimpiade, sedangkan Asian Games/Asian Para Games, SEA Games/ASEAN Para Games merupakan sasaran antara menuju Olimpiade," jelasnya.
"Sebagai contoh, kesuksesan prestasi Asian Games 2018 setidaknya ada dua faktor penunjang yaitu tuan rumah dan cabor pencak silat yang menyumbang 14 emas. Apakah pada 2022 masih bisa dipertahankan? Pencak silat tidak dipertandingkan, menjadi evaluasi tersendiri. Artinya, prestasi tidak bisa by accident harus by design, harus dipabrikasi, dan itu ada di Desain Besar Keolahragaan Nasional," tegasnya.
Sebelumnya, Rektor Unwahas, Mudzakkir Ali dan Ketua Yayasan Wahid Hasyim Semarang, Noor Achmad menyatakan, akan terus mendukung upaya pemerintah dalam pembinaan olahraga serta suksesnya bidding tuan rumah olimpiade 2032.
Baca Juga: Kemenpora Cari Bibit Atlet Junior di Konawe Utara
"Salah satu bentuk dukungan Unwahas adalah pada FKIP ada Prodi PJKR (Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi). Menjadikan olahraga hal penting guna menjaga kesehatan, pertahanan diri, kapabilitas bangsa di percaturan dunia," katanya.