Suara.com - Atlet bulutangkis nasional spesialis ganda campuran, Gloria Emanuelle Widjaja tidak mempermasalahkan perihal dirinya yang batal berlaga di All England akibat terganjal prosedur protokol kesehatan (prokes).
Dalam sesi diskusi dengan awak media yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Rabu (24/2/2021), atlet yang berpasangan dengan Hafiz Faizal itu menjelaskan bahwa dengan kepastian itu, dia bisa lebih fokus untuk mengejar poin di Swiss Open pada 2-7 Maret 2021.
"Kalau di Swiss kan kualifikasi Olimpiade (Tokyo), jadi saya dan Hafiz mau tidak mau harus ikut untuk mengamankan poin, dan kebetulan itu turnamen kualifikasi terakhir ya," tutur Gloria seperti dimuat Antara.
Untuk All England, Gloria melanjutkan, baik dia dan Hafiz sepakat untuk merelakan absen di turnamen bulutangkis tertua di dunia itu karena sudah sempat mencatatkan poin dari ajang tahun lalu.
Baca Juga: Real Madrid Pincang, Atalanta Bidik Kemenangan di Leg Pertama
Mengingat pentingnya agenda itu, Gloria juga sudah mulai mempersiapkan diri melalui latihan intensif di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur.
"Berkaca dari hasil evaluasi di Thailand ya, yang diutamakan persiapan fisik dengan Hafiz karena itu faktor yang paling penting untuk dibenahi. Selain itu mengatur komunikasi agar lebih mudah memahami ritme main di lapangan," Gloria mengungkapkan.
Sebelumnya, PBSI mengumumkan bahwa anggota skuad Timnas Bulutangkis Indonesia yang ikut di turnamen Super 300 Swiss Open tak bisa melanjutkan keikutsertaan di All England karena pandemi COVID-19.
Menurut Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rionny Mainaki, keputusan tersebut terjadi lantaran sepulang dari Swiss, peserta harus menjalani isolasi selama satu minggu sehingga tak punya waktu cukup untuk berangkat ke Birmingham, Inggris.
"Iya, jadi untuk pemain-pemain Swiss itu tidak mungkin untuk lanjut tampil di All England. Karena secara persiapan tidak memungkinkan mereka bisa main maksimal," tutur Rionny di Jakarta, Selasa (23/2/2021) kemarin.
Baca Juga: Swiss Open 2021: Hafiz/Gloria Sudah Belajar dari Kesalahan di Thailand