Suara.com - Petinju kelas berat Deontay Wilder dianggap mirip mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, karena terlalu banyak mengumbar alasan usai kalah dari Tyson Fury.
Deontay Wilder kehilangan sabuk juara dunia kelas berat versi WBC setelah kalah technical knockout (TKO) ronde ketujuh dari Tyson Fury pada Februari 2020 lalu.
Selepas hasil tersebut, petarung 35 tahun itu kerap melontarkan alasan-alasan menyusul kekalahannya dari Fury. Beberapa alasannya bahkan terdengar konyol.
Dia pernah mengatakan bahwa kekalahannya tak lepas dari kostum yang digunakan saat menuju ring. Berat baju tersebut diklaim Wilder telah menguras energinya.
Baca Juga: Dua Pebulutangkis RI Jadi Korban Aturan Baru BWF di Tengah Pandemi
Tak hanya itu, dia menuduh pelatihnya, Mark Breland, sengaja membuatnya kalah dengan menaruh sesuatu dalam minumannya dan pada akhirnya melempar handuk tanda menyerah dalam duel tersebut.
Lebih aneh, Wilder bahkan berani menuduh Tyson Fury bermain curang dengan memasukan benda keras ke dalam sarung tinjunya sebelum duel.
Banyak pihak yang menganggap celotehan Wilder cuma omong kosong. Promotor Tyson Fury, Bob Arum bahkan tega menyebut Wilder tak ubahnya Donald Trump yang sama-sama gemar berbohong.
"Deontay Wilder telah dimanjakan oleh mantan presiden kami Donald Trump yang mengatakan Anda dapat mengatakan kebohongan apa pun, atau hal yang tidak masuk akal dan mungkin beberapa orang mempercayainya," kata Bob Arum kepada TalkSport dikutip dari Daily Mail, Selasa (16/2/2021).
"Dalam kasus Trump, mereka mempercayainya dan menyerbu ibu kota. Deontay Wilder, sekali lagi, tidak bertanggung jawab atas apa yang dia katakan, sama sekali."
Baca Juga: The Minions Masih di Puncak Peringkat Dunia Ganda Putra BWF
"Apakah itu tentang Tyson Fury, Mark Breland - pria yang luar biasa - Deontay Wilder tidak masuk akal," tambahnya.