Suara.com - Pelatih Ganda Campuran PBSI Richard Mainaky mengaku sempat kaget dengan perubahan surat keputusan (SK) Tontowi Ahmad menjadi atlet magang.
Namun, melihat kondisi dan situasi Tontowi Ahmad, pelatih asal Ternate, Maluku Utara itu turut memahami keputusan PBSI.
Tontowi Ahmad mengungkapkan kekecewaannya terhadap PBSI bertepatan dengan pengumuman pensiun, Senin (18/5/2020).
Owi—sapaan akrab Tontowi—menilai PBSI kurang menghormatinya sebagai atlet lantaran mengubah SK-nya menjadi atlet magang pada Desember 2019.
Baca Juga: Pesan Tontowi Ahmad untuk Apriyani Rahayu Cs: Harus Punya Mindset Juara
Menurut Tontowi, sebagai pemain senior, dirinya tak pantas diberikan status tersebut.
SK Magang dinilainya lebih sering disematkan pada atlet junior yang beru bergabung ke Pelatnas PBSI.
"Ya jelas itu manusiawi. Jangankan dia, saya juga kaget (dengar perubahan SK menjadi magang)," kata Richard Mainaky saat dihubungi wartawan, Rabu (20/5/2020).
"Dari sisi atlet saya menghargai dan mengerti sekali dia punya kekecewaan. Tapi saya sebagai pelatih juga harus menghargai keputusan PBSI," tambahnya.
Richard Mainaky menjabarkan bahwa situasi Tontowi Ahmad setelah ditinggal Liliyana Natsir memanglah sulit.
Baca Juga: Belum Move On, Tontowi Ahmad Kerap Bermimpi Tengah Bertanding
Duetnya dengan Winny Oktavina Kandow juga dirasa kurang sukses.
"Tontowi saat itu sempat ada permintaan untuk berpasangan dengan Apriyani (Rahayu). Dengan permintaan itu, saya ambil Akbar (Bintang Cahyono) untuk kembali berpasangan dengan Winny," beber Richard.
Kondisi itu membuat Tontowi tak memiliki parnter pasti, lantaran Apriyani tengah fokus bersama Greysia Polii.
Greysia/Apriyani menjadi ujung tombak sektor ganda putri menuju Olimpiade 2020.
"Jadi Akbar pindah SK ke ganda campuran (dari ganda putra). Dengan begitu kuota sektor ganda campuran berlebih, sementara Tontowi tidak punya partner," jelas Richard.
"Kuota (atlet di setiap sektor) kan harus 12. Saya dan Nova (Widianto, asisten pelatih ganda campuran PBSI) sudah usulkan Tontowi dapat SK Utama, tapi keputusan akhir ada di PBSI semua."
Richard Mainaky juga mengatakan telah membahas perubahan SK itu dengan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti.
Dia memahami keputusan Susy, lantaran kondisi Tontowi Ahmad yang memang sulit.
"Pemikiran saya dengan Susy itu mirip. Bahwa sektor ganda campuran telah melebihi kuota dan Owi belum jelas punya pertandingan karena masih tergantung Apriyani," kata Richard.
"Jadi kami lihat disitu motivasi Tontowi sudah drop, jalannya sudah susah. Dalam posisi Owi itu memang sulit, dan ketika dia putuskan mundur, itu sudah jalan yang paling tepat," pungkas Richard Mainaky.