Suara.com - Tingginya tekanan Olimpiade sempat dirasakan pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Bahkan, hubungan mereka sempat 'mendingin'.
Hal ini sebagaimana disampaikan Pelatih Ganda Campuran PBSI Richard Mainaky.
"Olimpiade memang berkesan karena kan itu empat tahun sekali. Tekanan menuju olimpiade sangat besar," kata Richard Mainaky.
"Jangankan pemain, saya sebagai pelatih juga merasakan tekanan dan sempat emosional di suatu turnamen. Jadi saat itu baik Tontowi maupun Liliyana sama-sama sensitif," ungkapnya.
Baca Juga: 3 Gelar Paling Prestisius Dalam Karier Tontowi Ahmad
Richard menceritakan, dirinya sempat meminta bantuan psikolog PBSI demi bisa meredakan ketegangan hubungan antara Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
Faktor ketegangan diantara Tontowi dan Liliyana lantaran masalah komunikasi.
"Yang satu teledor, ditegur sama yang satu lagi. Yang satu merasa nggak terima, merasa kalau nggak ada dia juga nggak bisa juara. Hal-hal seperti ini yang sebetulnya masalahnya di komunikasi, karena sebetulnya mereka berdua kan punya tujuan yang sama," paparnya.
"Saya sama Nova (Widianto, asisten pelatih ganda campuran PBSI) sudah coba ngomong sama mereka satu-satu, tapi hasilnya tidak terlalu bagus. Jadi saya ajukan ke Rexy (Mainaky) yang waktu itu jadi Kabid Binpres di PBSI, agar ada psikolog yang menengahi mereka."
"Akhirnya ditugaskanlah Pak Rachman Widohardhono, psikolog PBSI, untuk menangani Owi/Butet—sapaan akrab Tontowi/Liliyana. Dari situ mulai digali dan mereka bicara banyak, sudah mulai ada pengertian, ada komitmen sehingga ada jalan."
Baca Juga: Pensiun, Tontowi Ahmad Ingin Terjun ke Dunia Bisnis
Lebih jauh, Richard Mainaky tidak memungkiri keputusan training camp di Kudus, Jawa Tengah, menjadi salah satu momen yang memperkuat kekompakkan Owi/Butet.