Suara.com - Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach membantah isu terkait adanya konspirasi seputar penundaan Olimpiade 2020 Tokyo.
Tudingan adanya konspirasi muncul lantaran IOC dinilai sangat lambat dalam menentukan nasib Olimpiade 2020 ditengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Bahkan, IOC sempat bersikeras menggelar Olimpiade edisi ke-32 itu sesuai jadwal, yakni 24 Juli-9 Agustus 2020, sebelum sebagian atlet ramai-ramai protes.
Kebijakan IOC dan tuan rumah Jepang menunda Olimpiade 2020 akhirnya muncul setelah Australia dan Kanada mengancam tak akan mengirim atlet apabila ajang itu digelar sesuai jadwal.
Baca Juga: Kabar Duka! Ibu Karl-Anthony Towns Meninggal Akibat Corona
Menurut Bach, keputusan penundaan Olimpiade 2020 tak semudah yang dibayangkan. Butuh hitung-hitungan serta dukungan dari banyak pihak sebelum mengambil keputusan.
"Dalam situasi emosional seperti itu, sebagai orang yang bertanggung jawab, Anda tidak bisa membuat keputusan berdasarkan insting," ujar Bach dilansir Suara.com dari Flowsport, Selasa (14/4/2020).
"Kami benar-benar tak dapat dituduh ragu-ragu atau kurang nasihat dan transparansi."
"Untuk membantah teori konspirasi, IOC memastikan bertanggung jawab terkait penundaan Olimpiade 2020, bukan membatalkannya," tambah Bach.
Menurut Bach, keputusan terkait nasib Olimpiade 2020 memang seharusnya dipikirkan secara masak. Karena keselamatan ribuan atlet dipertaruhan.
Baca Juga: Peter Pan Sebut Marquez Takkan Bisa Tandingi Kebintangan Rossi
"Kami tidak sekadar mengurusi pertandingan sepak bola atau marathon. Nasib 11.000 atlet menjadi pertaruhan dari 33 cabang olahraga," tegas Bach.