Corona Guncang Dunia, Olimpiade 2020 Harus Ditunda? Ini Opsi dan Risikonya

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Rabu, 11 Maret 2020 | 11:08 WIB
Corona Guncang Dunia, Olimpiade 2020 Harus Ditunda? Ini Opsi dan Risikonya
Warga dengan masker pelindung akibat mewabahnya virus korona, berada di depan cincin Olimpiade 2020 di area tepi laut Taman Marina Odaiba, Tokyo, Jepang, Kamis (27/2/2020). [Antara Foto/Reuters/Athit Perawongmetha]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Empat setengah bulan lagi Olimpiade 2020 Tokyo akan bergulir, atau tepatnya pada 24 Juli mendatang. Namun wabah virus Corona yang jadi krisis kesehatan global memunculkan kekhawatiran pesta olahraga sejagat itu akan ditunda, atau bahkan dibatalkan.

Seiring wabah virus Corona Covid-19 yang belum mereda dan makin mengglobal, pertanyaan pun muncul. Apakah Olimpiade 2020 tetap berlanjut atau ditunda atau dibatalkan? Siapa yang akan mengambil keputusan dan kapan?

Berikut ini sejumlah opsi dan konsekuensi, seperti dilansir Suara.com dari AFP, Rabu (11/3/2020), terkait nasib Olimpiade 2020.

Perang Dunia

Baca Juga: Jadi Petinju Paling Ditakuti, Mike Tyson Merasa Pengecut Bila Ingat Hal Ini

Sejak Olimpiade modern pertama bergulir di Athena pada 1896, satu-satunya alasan pembatalan Olimpiade adalah karena Perang Dunia.

Pecahnya Perang Dunia I mengakibatkan pembatalan Olimpiade 1916 yang dijadwalkan di Berlin. Sementara Perang Dunia II membuat dibatalkannya Olimpiade Sapporo (musim dingin) dan Tokyo (musim panas) pada tahun 1940, serta Cortina d'Ampezzo (musim dingin) dan London (musim panas) di 1944.

Sejak itu ada tiga boikot besar, pada tahun 1976 (Montreal), 1980 (Moskow) dan Los Angeles (1984) tetapi tidak ada yang sampai dibatalkan.

Olimpiade 2004 Athena tidak terpengaruh oleh virus SARS 2002-2003. Sementara virus Zika yang terkait nyamuk meningkatkan kekhawatiran menjelang Olimpiade 2016 Rio de Janeiro sebelum menghilang menjelang Olimpiade.

Ilustrasi Perang Dunia I. [Shutterstock]
Ilustrasi Perang Dunia I. [Shutterstock]

Keputusan di Tangan IOC

Baca Juga: Kejar Tiket Olimpiade, Yenny Wahid Ajukan Jakarta Jadi Host Kejuaraan Asia

Secara teori, Komite Olimpiade Internasional (IOC) memiliki kekuatan untuk membatalkan Olimpiade atau memindahkannya dari Tokyo.

Tapi pada titik ini IOC tampaknya tidak mempertimbangkan kedua opsi tersebut.

Setelah pertemuan dewan eksekutif, Rabu pekan lalu, Presiden IOC Thomas Bach mengatakan tidak ada wacana pembatalan maupun penundaan.

"Kami bekerja dengan Panitia Penyelenggara Olimpiade 2020 Tokyo untuk keberhasilan kejuaraan empat tahunan ini. Kami memiliki kepercayaan pada mereka pada otoritas publik Jepang dan pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan siapa kita berada dalam kontak konstan," kata Bach.

Namun, dengan memburuknya krisis virus Corona, kemungkinan pembatalan tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan.

Hingga, Selasa (10/3/2020) pukul 14.00 waktu setempat, lebih dari 500 kasus virus Corona melanda Jepang, di mana 12 orang dilaporkan meninggal dunia.

Kekuatan untuk membatalkan Olimpiade secara resmi berada di tangan IOC. Kontrak yang ditandatangani antara IOC dan Tokyo menyatakan bahwa IOC dapat menarik organisasi Olimpiade dari kota tuan rumah jika keselamatan para peserta terancam serius.

Namun, Bach ketika berbicara kepada pers pekan lalu, mengatakan masalah itu belum di angkat dalam agenda, dan belum dipertimbangkan.

Teorinya IOC mempercayakan komite penyelenggara dengan misi mengatur Olimpiade pada tahun tertentu, dalam hal ini panitia Olimpiade Tokyo 2020.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menerima kedatangan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach di Istana Bogor, Sabtu (1/9/2018). [AFP]
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menerima kedatangan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach di Istana Bogor, Sabtu (1/9/2018). [AFP]

Jadwal Padat

Keputusan untuk menunda bisa menyebabkan Jepang kehilangan Olimpiade sama sekali. Namun, ini dapat dimodifikasi dengan dua pertiga suara dari anggota IOC yang nantinya dapat memutuskan untuk menunda Olimpiade.

Dalam praktiknya, akan lebih sulit untuk memasukkan Olimpiade yang dijadwal ulang ke dalam kalender olahraga yang sudah padat.

Federasi cabang olahraga yang lebih kecil mungkin dapat mengakomodasi dalam waktu singkat. Tapi cabang olahraga yang lebih besar seperti sepakbola, bola basket dan tenis harus berjuang dengan perubahan tanggal.

Perusahaan penyiaran seperti NBC, yang telah membayar sejumlah besar uang untuk hak-hak siaran dan telah menjual 970 juta dolar AS terkait iklan, juga jelas akan tidak senang dengan penundaan yang memaksa mereka untuk menempatkan Olimpiade berhadapan dengan liga-liga papan atas dan menguntungkan lainnya seperti NBA.

Dan mengingat bahwa apartemen di Perkampungan Atlet Olimpiade Tokyo akan dijual segera setelah Paralimpik selesai, mungkin tidak ada tempat untuk mengakomodasi para atlet.

Terkait dengan para atlet, mereka juga memiliki jadwal, tidak hanya untuk kompetisi tetapi untuk pelatihan, pengkondisian dan persiapan.

"Kami tidak akan mulai sepenuhnya memikirkan pertanyaan atas dugaan-dugaan," kata Presiden Federasi Dayung Internasional Jean-Christophe Rolland.

"Sebagaimana saya katakan, Olimpiade akan berlangsung," sambungnya.

Habiskan Miliaran Dolar AS

Sekitar 15 turnamen uji coba masih akan berlangsung sebelum Olimpiade 2020, terutama dalam cabang renang, senam dan balap sepeda, beberapa di antaranya merupakan kualifikasi untuk Olimpiade tersebut.

Beberapa federasi telah melayangkan gagasan menyelenggarakan test event tanpa penonton.

Panitia Olimpiade Tokyo 2020 telah mengatakan akan mempertimbangkan ini berdasarkan "kasus per kasus".

Tetapi turnamen Asia Rugby Sevens, acara uji coba yang dijadwalkan akan diadakan di Tokyo pada April, dibatalkan pada hari Rabu, menunjukkan bahwa pertandingan di stadion kosong bukan pilihan yang disukai.

Bahkan jika beberapa diadakan tanpa penonton, itu akan jauh lebih sulit dan mahal untuk Olimpiade karena lebih dari 4,5 juta tiket telah terjual.

IOC belum mengatakan apa-apa tentang masalah ini, hanya mengulanginya bahwa mereka memiliki keyakinan pada kesuksesan Olimpiade 2020.

Tidak mengherankan mengingat bahwa setiap pencegahan atau ketidakpastian dapat menyebabkan penurunan penjualan tiket dan juga dapat mempengaruhi persiapan atlet.

Hanya Dick Pound, mantan kepala Badan Anti-Doping Dunia yang merupakan anggota IOC, yang berbeda pendapat.

"Pada titik tertentu, apakah itu dua bulan atau satu bulan, seseorang harus memutuskan ya atau tidak," kata Pound bulan lalu.

Mengingat besarnya jumlah uang yang dipertaruhkan—Tokyo telah menghabiskan miliaran dolar untuk infrastruktur dan persiapan, yang tidak ditanggung oleh asuransi—IOC dan panitia akan menunggu selambat mungkin sebelum membuat keputusan mengenai nasib Olimpiade 2020.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI