Suara.com - Pelatih kepala sektor ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi menyebut All England bukanlah turnamen sembarangan. Dia menilai level persaingannya lebih berat ketimbang Olimpiade.
Menurut juru taktik berjuluk Naga Api itu, persaingan di All England lebih intens lantaran tak ada aturan pembatasan kuota atlet per negara layaknya Olimpiade.
Di turnamen bulu tangkis tertua dunia itu, setiap negara bebas mengirim berapapun wakil dari setiap sektor. Asalkan, pemain yang dikirim berada di peringkat Top 32.
Sementara Olimpiade justru sebaliknya. Setiap negara hanya dibatasi untuk maksimal mengirim dua wakil dari setiap sektor.
Baca Juga: Best 5 Otomotif Pagi: Knalpot Bakar, Terpaksa Terabas Banjir
Slot lainnya akan diisi para pemain dari zona kontinental seperti Afrika, dan Amerika Selatan, yang secara peta kekuatan masih berada jauh di bawah wakil-wakil Eropa dan Asia.
"Kualitas dari segi peserta lebih tinggi All England, karena setiap negara bebas mau kirim berapa wakil. Namun, tekanannya saja yang berbeda," ujar Herry Iman Pierngadi di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
Olimpiade disebut Herry Iman Pierngadi punya tekanan yang berbeda dari sekedar turnamen tahunan. Diselenggarakan hanya empat tahun sekali membuat Olimpiade jadi ajang yang sulit diprediksi kendati secara persaingan tak seketat All England.
"Kalau di Olimpiade itu tekanannya lebih tinggi. Karena semua atlet itu ingin menjadi juara," jelas Herry Iman Pierngadi.
Sektor ganda putra Indonesia saat ini tengah bersiap jelang mengikuti All England 2020. Herry Iman Pierngadi memandang ajang itu sebagai turnamen pra-Olimpiade yang bisa menjadi indikator kualitas seorang pemain di ajang Olimpiade 2020 Tokyo.
Baca Juga: Best 5 Otomotif Pagi: Uji Ban Dunlop, Meluncur Aplikasi Adiraku
"Ya bisa dikatakan seperti pra-Olimpiade, karena hampir semua pemain top ikut," tandasnya.