Menurut Hendrawan, tekad dan motivasi sangat memegang peranan dalam kiprah seorang pebulutangkis di ajang sebesar Olimpiade.
Tanpa itu, lanjut Hendrawan, seorang atlet bakal kesulitan untuk melampaui batasan.
"Lagi ngejar poin ke Olimpiade lalu sakit, itu rasanya down sekali. Lalu saya berkomitmen, saya harus bisa pulih, atau kesalip teman-teman saya sendiri," kata Hendrawan.
"Untuk jadi pemain top dunia, atlet itu harus melewati batas tertentu, itu tantangannya, bisa atau tidak melewatinya? Atau mau menyerah dan pasrah dengan keadaan?" tambahnya.
Baca Juga: Gagal ke Semifinal BATC, Tim Putri RI Tetap Lolos Piala Uber, Kok Bisa?
Pengorbanan
Hendrawan mencontohkan bagaimana perjuangannya usai mengalami sakit tifus.
Demi meningkatkan kondisi fisiknya yang menurun, eks pelatih Lee Chong Wei itu bahkan nekat melahap porsi atlet lari DKI Jakarta.
"Saya latihan lari di bukit Senayan yang naik turun. Waktu itu pelarinya kaget, kok saya bisa mengikuti pace-nya dia? Padahal kata dia itu program persiapan pertandingan atlet lari," kenangnya.
"Itulah yang namanya pengorbanan. Saya sadar kalau soal kuat, mungkin saya tidak sekuat pemain lain, makanya saya latih semua kekurangan saya, dan usaha lebih," tandas Hendrawan yang kini menjabat kepala pelatih tunggal putra Timnas Malaysia.
Baca Juga: Melawan Pacquiao Dinilai Lebih Berbahaya Buat McGregor daripada Mayweather