"Saya sangat berterima kasih kepadanya. Kami telah memimpikan ini, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi kami," kata Sofia.
"Meski terkadang saya tak suka mengakuinya, tapi dia benar. Ya, dia bekerja sangat keras. Terima kasih untuknya. Kami bisa berbagi ini selamanya."
Alex Kenin pun teringat jerih payahnya setelah hijrah ke AS, yang berbuah manis sekarang.
"Saya harus mengemudi di malam hari, belajar di pagi hari. Mengemudi di New York, bicara dengan bahasa Inggris di radio. Saya tak tahu apa yang mereka katakan," kata dia.
Baca Juga: Sandiaga Uno Pastikan Tak Ada Dualisme Diantara PB Esports dan IESPA
"Tapi hal yang kalian lakukan untuk bertahan hidup itu luar biasa. Dia tahu tentang itu dan saya kira saya telah membuatnya tangguh," sambungnya.
Bakat Sofia Kenin sebenarnya sudah tampak dari kecil. Namun sebagai orang asing dia sulit untuk bisa bermain di lapangan tenis.
Postur Sofia yang lebih rendah dari rata-rata waktu itu juga sempat menjadi cemoohan ketika di lapangan.
"Kami mendengar perkataan-perkataan buruk tentang saya. Tapi ayah selalu ada dan dia yakin denganku, dia tak menggubris semua itu," kata Sofia.
Sofia mewakili Amerika Serikat di Olimpiade Remaja 2014 dan menjalani debut Grand Slam-nya sebagai petenis wildcard di US Open 2015 sebelum merangkak ke peringkat 100 dunia pada 2018.
Baca Juga: Dampak Wabah Virus Corona, China Masters Kemungkinan Ditunda hingga Mei
Karirnya melesat tahun lalu setelah memenangi tiga gelar tunggal putri dan naik ke peringkat 12 dunia.