Eng Hian mengaku senang dengan keputusan PBSI terkait Apriyani. Kendati dia mengungkapkan bahwa kasus Apriyani sejatinya lebih ke arah terpaksa alih-alih berbasis program jangka panjang.
PBSI disebutnya tak benar-benar memiliki program khusus bagi Apriyani.
Atlet bulutangkis 21 tahun itu bermain rangkap lebih karena keterpaksaan, lantaran sektor ganda campuran tengah kekurangan stok pemain putri.
"Dari pertama saya masuk PBSI pada 2014, saya sudah mengusulkan atlet-atlet putri untuk bermain rangkap," beber Eng.
Baca Juga: Parodi Balap MotoGP Indonesia Tercyduk Medsos MotoGP, Ini Dia Videonya
"Terkait Apriyani, itu lebih kepada kurangnya stok pemain di sektor ganda campuran. Misalkan masih ada Butet (sapaan Liliyana Natsir—red), saya tak yakin PBSI mau," tambahnya.
Eng Hian sangat berharap PBSI segera mengubah pola pikir. Di negara-negara lain seperti China dan Jepang, bemain rangkap disebutnya sudah terbukti menghasilkan dampak positif.
"Kalau seperti ini terus, di mana sektor putri hanya berharap pada atlet seperti Apriyani dan Liliyana, itu berarti nunggu buah matang," jelas Eng.
"Kalau seperti itu, kita tak menanam pohon, tapi mencari buah liar. Champions to be born, padahal harusnya kan champions to be made."
"Selama PBSI programnya masih mengkotak-kotakan seperti ini, situasi akan seperti ini terus. Terutama untuk sektor putri," pungkas Eng Hian.
Baca Juga: Virus Corona Renggut 9 Jiwa, Kualifikasi Tinju Olimpiade 2020 Dibatalkan