SEA Games: Perak Modern Pentathlon Indonesia Tak Dihitung, Ini Penyebabnya

Jum'at, 06 Desember 2019 | 15:19 WIB
SEA Games: Perak Modern Pentathlon Indonesia Tak Dihitung, Ini Penyebabnya
Atlet modern pentathlon putri Indonesia, Dea Salsabila Putri (tengah) meraih medali emas dari nomor beach triathle perorangan SEA Games 2019, Jumat (6/12/2019). [Dok. Tim CdM Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi membingungkan terjadi saat prosesi pengalungan medali SEA Games 2019 cabang olahraga modern pentathlon nomor beach triathle perorangan putri di Subic Bay Boardwalk, Filipina, Jumat (6/12).

Suasana bahagia di Tim modern pentathlon Indonesia yang berhasil mempersembahkan medali emas lewat Dea Salsabila Putri, tiba-tiba jadi canggung dan justru menyiratkan kekecewaan.

Sebab, selain sukses merebut medali emas, Indonesia juga mengamankan medali perak di nomor beach triathle perorangan putri lewat Cintya Nariska.

Namun nyatanya, capaian Cintya tak dihitung PHISGOC selaku panitia penyelenggara SEA Games 2019.

Baca Juga: Raih Emas SEA Games 2019, Dua Atlet Polo Air Dapat Uang Jajan Rp 20 Juta

Hal itu lantaran peraturan cabor modern pentathlon untuk SEA Games 2019 telah mengalami amandemen alias perubahan.

Disebutkan surat amandemen dari buku pegangan teknis modern pentathlon yang diterbitkan PHISGOC, bahwa setiap negara hanya berhak menempatkan satu wakil terbaik di podium untuk nomor perorangan.

"Medali emas, perak, dan perunggu hanya akan diberikan kepada atlet dengan peringkat terbaik per negara secara individu dan tiga tim campuran teratas di nomor Beach Laser Run dan Beach Triathle," tulis surat tersebut.

Terkait hal ini, tim modern pentathlon Indonesia mengaku belum menerima surat amandemen itu dari dari National Olympice Committe (NOC) Indonesia yang diberikan oleh PHISGOC.

"Modern pentathlon itu olahraga baru, jadi tidak mau di dominasi satu negara," ujar manajer sekaligus pelatih tim modern pentathlon Indonesia, Glenn Cliffton saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (6/12/2019).

Baca Juga: Tinju Dunia: Jadi Penantang, Bayaran Joshua 6 Kali Lebih Besar dari Ruiz

"Tapi sayangnya surat tersebut tidak dilanjutkan ke pengurus (modern pentathlon Indonesia/MPI). Saya pelatih merangkap manajer belum pernah terima," sambungnya.

Glenn menjelaskan bahwa Cintya Nariska sangat kecewa karena jerih payahnya pada akhirnya tak berbuah hasil.

MPI disebutnya tengah memikirkan cara terbaik agar kerja keras Cintya setidaknya bisa tetap mendapat penghargaan.

"Anaknya menangis terus. Alternatif dari pengurus adalah berjanji untuk memberi bonus dengan nominal setengahnya. Itu janji ketua umum (Anthony Sunaryo)," beber Glenn.

Dikonfirmasi terpisah, Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk SEA Games 2019, Harry Warganegara menjelaskan bahwa pihaknya telah menyampaikan surat amandemen dari PHISGOC ke pengurus MPI.

Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk SEA Games 2019, Harry Warganegara di kawasan Sudirman, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2019). [Suara.com/Arief Apriadi]
Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk SEA Games 2019, Harry Warganegara di kawasan Sudirman, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2019). [Suara.com/Arief Apriadi]

"Medali emasnya oke, hanya peraknya saja karena memang ada aturannya bahwa per negara hanya bisa satu medali di dua nomor yang disebutkan," ujar Harry Warganegara.

"Surat itu sudah dikirimkan ke PB, manajer harusnya sudah tahu," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI