Namun, karena anaknya sudah kelas tiga dan tinggal beberapa bulan lagi ujian, dirinya menguatkan agar anaknya tetap bersemangat.
Terkait dengan tudingan indisipliner, ia mengatakan berbeda dengan apa yang ditudingkan oleh tim pelatih di awal-awal pada anaknya, hingga tidak bisa ikut ajang SEA Games 2019.
"Kalau saya tidak masalah indisipliner. Tapi yang belakangan kan itu. Awalnya soal tidak perawan, kami kaget, syok, tidak bisa berpikir apa-apa, sudah buntu, anaknya juga down," kata dia.
Dirinya menambahkan, anaknya sudah lama pindah ke Gresik mengikuti pelatihan tersebut, bahkan sejak kelas empat sekolah dasar.
Baca Juga: Polo Air Sumbang Emas Pertama untuk Indonesia di SEA Games 2019
Ia juga tidak bisa selalu memantau perkembangan anaknya, karena ia tinggal di Kediri sedangkan anaknya di Gresik.
Ayu juga tidak mengetahui apakah hal ini ada muatan politis, adanya unsur kesengajaan anaknya diganti dengan pemain lainnya.
Ia mendengar setelah anaknya tidak diizinkan ikut SEA Games 2019, sudah ada atlet lainnya yang menggantikan.
Dari Jatim, ada dua perempuan dan satu atlet laki-laki dari cabang olahraga ini yang akan ikut pertandingan, dan setelah anaknya dikembalikan ke keluarga, langsung diganti oleh atlet dari Jawa Tengah.
Ia berharap, kejadian ini tidak terulang kepada atlet lainnya dan cukup anaknya saja yang menjadi korban. Dirinya berharap, hal itu tidak terulang lagi.
Baca Juga: Batal Ikut SEA Games 2019 karena Dituduh Tak Perawan, Shalfa Surati Jokowi
"Bapaknya syok, tensi langsung naik, bahkan tidak berani mengantar (menjemput anaknya di Gresik). Beliau juga tidak bisa berpikir, menangis. Saya ke Gresik diantar kemenakan," ujar dia.