Wawancara Gustiantira: Pertandingan Tinju di Indonesia Antara Ada dan Tiada

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Kamis, 22 Agustus 2019 | 22:10 WIB
Wawancara Gustiantira: Pertandingan Tinju di Indonesia Antara Ada dan Tiada
Presiden Direktur Mahkota Promotion Gustiantira Alandy saat wawancara di kantornya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bicara pertinjuan Indonesia, maka salah satu yang tak bisa dilepaskan dari ingatan adalah nama Mahkota Promotion (M-Pro). Ya, sejak berdiri 2008, M-Pro telah menjelma menjadi perusahaan promotor tinju terbesar dan paling tersohor di Indonesia saat ini.

Tak terhitung lagi banyaknya pertarungan besar berhasil diselenggarakan perusahaan yang dimiliki pengusaha muda Raja Sapta Oktohari tersebut di Tanah Air.

Bukan hanya pertarungan tinju kelas dunia saja yang dihadirkan, namun buah tangan dingin Okto—sapaan akrab Raja Sapta Oktohari—juga berhasil mengorbitkan petinju Indonesia ke tingkat juara dunia.

Baca Juga: Pelatih Bulutangkis Top Ini Ungkap Susahnya Cari Minum di Kejuaraan Dunia

Sebut saja Chris John. Sebelum pensiun pada 2013, Chris John memegang titel juara dunia kelas bulu WBA (Super). Ia pun menjadi petinju kedua yang pertahankan sabuk juara dunia di kelas bulu terlama setelah Johnny Kilbane; dari tahun 2004 sampai 2013.

Berikutnya adalah Daud Yordan. Petinju yang masih aktif berkarier itu pernah diantarkan Okto menjadi juara dunia di dua kelas berbeda versi badan tinju IBO: kelas bulu dan ringan.

Bahkan, Chris John dan Daud Yordan saat ini menempati urutan pertama dan kedua daftar petinju terbaik Indonesia sepanjang masa versi BoxRec—laman yang mendedikasikan khusus pencatatan pertarungan tinju profesional, baik petinju pria maupun wanita.

Legenda tinju Indonesia, Chris John (kedua dari kiri), dan petinju kenamaan nasional saat ini, Daud Yordan (kedua dari kanan). [AFP/Louis Kwok]
Legenda tinju Indonesia, Chris John (kedua dari kiri), dan petinju kenamaan nasional saat ini, Daud Yordan (kedua dari kanan), mengapit pemilik Mahkota Promotion, Raja Sapta Oktohari. [AFP/Louis Kwok] 

Kini, Okto bersiap membawa Daud Yordan ke panggung dunia lagi untuk memperebutkan sabuk juara dunia WBC Silver yang rencananya akan dihelat pada November mendatang.

Sukses Okto mengukir tinta emas di dunia kepromotoran Indonesia juga tak lepas dari anggota tim M-Pro yang bekerja di belakang layar. Salah satunya Gustiantira Alandy.

Baca Juga: Nih Gaya Hot Mutia Ayu, Eks Atlet Voli yang Bakal Dinikahi Glenn Fredly

Bersama Okto, Tira mengembangkan M-Pro untuk menghadirkan pertarungan tinju besar di Indonesia, dan mengorbitkan petinju-petinju Tanah Air.

"Olahraga tinju harus menjadi suatu industri yang besar di sini seperti hal-hal nya di luar (negeri)," tutur Tira terkait misinya ke depan.

Di sisi lain, Tira mengaku miris dengan minimnya pertandingan tinju di Tanah Air. Menurutnya, bisnis olahraga tinju belum bisa menjadi 'ladang hijau' di Indonesia.

Petinju kenamaan Indonesia, Daud Yordan (kedua dari kanan), dan pemilik Mahkota Promotion, Raja Sapta Oktohari (kanan) dalam penjemputan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (24/4/2018) malam. [Suara.com/Ruben Setiawan]
Petinju kenamaan Indonesia, Daud Yordan (kedua dari kanan), dan pemilik Mahkota Promotion, Raja Sapta Oktohari (kanan), serta Presiden Direktur Mahkota Promotion Gustiantira Alandy (samping kanan Daud) dalam penjemputan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (24/4/2018) malam. [Suara.com/Ruben Setiawan]

Lantas apakah yang menjadi kendalanya? Lalu rencana apa yang tengah dikembangkan M-Pro ke depannya?

Berikut wawancara eksklusif Presiden Direktur Mahkota Promotion, Gustiantira Alandy, dengan Suara.com:

Sejak kapan Mahkota Promotion berdiri? Dan kapan Anda menjadi bagian di belakang layar dari Mahkota Promotion?

Sudah dari tahun kurang lebih 2008. Tapi saya sendiri baru ada di Mahkota Promotion pada 2014. Kebetulan pas saya masuk sudah eranya Daud. Kalau dulu zamannya Chris John masih sama orang-orang sebelumnya.

Kenapa memilih tinju? Padahal banyak olahraga lain yang lebih banyak digemari masyarakat Indonesia, sepakbola misalnya. Apa hal yang membuat Anda bisa ‘tergila-gila’ dengan tinju bahkan hingga menjadi promotor?

Di bisnis promotor olahraga ya harus gila. Di bisnis olahraga tinju, ya gila sekalian. Kita tahu bahwa ini jalannya berat tapi kita memutuskan untuk bergerak di jalan itu walau kita tahu jalan itu sulit sekali.

Tapi kita memutuskan untuk tetap di situ. Karena satu kita cinta sama olahraga tersebut. Kedua keyakinan kita akan potensi yang ada.

Tapi kan dunia kepromotoran tinju di Indonesia belum bisa menjadi 'ladang hijau'… Apa sebabnya menurut Anda?

Industri olahraga di Indonesia masih terfokus dengan olahraga-olahraga yang massanya besar. Akhirnya banyak yang melihat ah ini enggak menarik mendingan kita bisnis yang lain.

Sebetulnya potensi kita kan besar, kita punya masyarakat jumlahnya enggak kecil. Kita punya beberapa stasiun televisi dan banyak yang streaming itu potensinya besar. Cuma memang balik lagi, promotor bisa mempromosikan sesuatu yang berprestasi. Jika tanpa prestasi susah juga kita mempromosikan.

Orang yang mau lihat kemenangan, juara. Buat sampai ke level juara itu butuh perjalanan, butuh pembinaan.

Buat saya kenapa promotor enggak terlalu banyak karena kita prestasinya di beberapa cabang juga enggak terlalu kuat. Ada yang prestasinya kuat tapi exposure-nya enggak ada. Atlet kita jadi juara, tapi tidak ada yang beritain, jadi orang tidak tahu. Jadi akhirnya itu sesuatu yang jadi saling berputar hanya bergerak disitu-situ aja.

(Dari kiri): Urgyen Rinchen Sim (Managing Director Mahkota Promotion), pemilik Mahkota Promotion Raja Sapta Oktohari, dan Presiden Direktur Mahkota Promotion Gustiantira Alandy. [Dok. M-Pro]
(Dari kiri): Urgyen Rinchen Sim (Managing Director Mahkota Promotion), pemilik Mahkota Promotion Raja Sapta Oktohari, dan Presiden Direktur Mahkota Promotion Gustiantira Alandy. [Dok. M-Pro]

Tanggapan Anda terkait pertandingan tinju di Indonesia, apakah sudah banyak atau masih kurang?

Masih kurang, sangat kurang, masih kurang banyak. Kita bandingkan dengan dulu, dulu kan pertandingan banyak banget tuh, zaman waktu banyak televisi masih mengadakan pertandingan tinju.

Dulu juga kita enggak pernah kehabisan pertandingan, promotor satu, masih rame lah zaman dulu. Sekarang kayaknya tinju makin jarang. Di televisi juga sudah enggak ada. Pertandingan di non televisi juga antara ada dan tiada. Kalaupun ada, ada sekali (terus) enggak ada lagi.

Seperti apa kendala terkait minimnya pertandingan tinju di Indonesia? Simak lanjutan wawancaranya di halaman berikutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI