Bersama sopir dan rekannya, Richard Mainaky memasuki belantara hutan di kawasan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, dengan berbekal senapan angin kaliber 4,5 mm.
Ia mengaku senang berada di dalam hutan. Karena, ia bisa tetap pada jati dirinya sebagai anak kelahiran Ternate, Maluku Utara, yang suka berburu kelelawar.
"Jadi kalau ada waktu lowong saya pergi berburu. Saya ditemani sopir saya dan ada orang di sana (Pelabuhan Ratu) yang juga saya sudah kenal," ungkap Richard.
"Kalau kita tak ajak orang di sana, tak akan bisa. Karena hutannya ekstrem meski sudah terjamah. Karena saya gila berburu, saya sampai masuk ke dalam-dalam hutannya, saya kejar terus," sambungnya.
Baca Juga: INFOGRAFIS: Rapor Pemain Ganda Campuran PBSI di Indonesia Open 2019
Inspirasi Melatih
Berburu bukanlah semata hobi bagi Richard Mainaky. Kebiasaan itu justru turut melatih instingnya dalam menemukan bakat-bakat di sektor ganda campuran Indonesia.
Kedengarannya mungkin kurang masuk akal. Tapi fakta itulah yang membuat anak kedua dari tujuh bersaudara Mainaky itu melambung namanya sebagai salah satu pelatih jempolan di Indonesia.
Sudah banyak hasil yang ditorehkan dari buah tangan dinginnya. Mulai dari medali perak Olimpiade 2000 yang diraih Tri Kusharjanto/Minarti Timur.
Lalu medali emas Kejuaraan Dunia 2005 dan 2007 yang direbut Nova Widianto/Liliyana Natsir. Dan medali emas Olimpiade 2016 yang digapai duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Baca Juga: Hafiz / Gloria Bungkam Nomor Satu Dunia, Richard: Doa Saya Terkabul
"Jadi seperti ini, saya punya insting. Jadi mau sesulit apapun (melatih) saya tetap semangat kejar target," tuturnya.