Suara.com - Nama besar Indonesia di kancah bulutangkis dunia tak perlu diragukan lagi. Sudah begitu banyak putra-putri Indonesia menorehkan tinta emas di olahraga tepok bulu itu.
Tak sedikit pula pebulutangkis keturunan Indonesia yang berprestasi 'dibajak' negara lain. Contohnya Tony Gunawan.
Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 9 April 1975 itu pernah mengharumkan nama Indonesia di puncak multievent tertinggi di dunia, Olimpiade.
Baca Juga: Wasit Pirang Estonia Minta Maaf dan Peluk Chou Tien Chen. Mengapa?
Bersama partnernya, Candra Wijaya, Tony Gunawan menyumbangkan medali emas bagi Merah Putih di Olimpiade 2000 Sydney, Australia.
Ia turut pula tergabung dalam skuat Tim Indonesia saat menjuarai kejuaraan bulutangkis beregu putra paling bergengsi di kolong langit, Piala Thomas tahun 2000.
Saat memutuskan menempuh pendidikan di Amerika Serikat, suami dari Eti Tantra ini menjadi pelatih sekaligus pemain di Orange County Badminton Club, California.
Ia pun selanjutnya membela panji-panji AS dan berhasil menjuarai sejumlah turnamen saat berpasangan dengan Howard Bach dan Bob Malaythong.
Lantas siapa sajakah pebulutangkis keturunan Indonesia yang masih aktif saat ini yang membela negara lain? Berikut Suara.com rangkumkan tiga diantaranya:
Baca Juga: Jangan Cari Gara-gara dengan Kevin, Begini Akibatnya
Perempuan yang memiliki nama lengkap Setyana Daniella Florensia Mapasa ini lahir di Manado, Sulawesi Utara, 15 Agustus 1995.
Dalam perjalanan kariernya di dunia bulutangkis, Setyana sempat dipanggil masuk ke Pelatnas PBSI saat masih junior.
Setelahnya perempuan yang memiliki tinggi 166 cm itu dinaturalisasi untuk bermain membela negara Australia.
Hal itu sebagaimana diungkapkan Setyana saat menjadi bintang tamu sebuah acara talkshow di televisi swasta.
"Sudah sekitar empat atau lima tahun saya bermain untuk Australia. Sempat sebentar di Timnas Indonesia, tapi di junior. Terus pindah ke Australia, ditarik Australia," tutur Setyana.
Selain bermain di ganda putri, Setyana Mapasa juga kerap tampil di sektor ganda campuran.
Di ganda putri, Setyana Mapasa berpasangan dengan pebulutangkis tercantik dunia versi Sportsflu 2016, Gronya Somerville.
Pada 7 Juli 2019 lalu, Setyana dan Gronya sukses merebut gelar juara ganda putri Canada Open.
Belum lama ini, duet Setyana/Gronya juga tampil di ajang Indonesia Open 2019.
Namun kiprah mereka harus terhenti di babak awal setelah dikalahkan wakil Indonesia, Nadya Melati/Tiara Rosalia Nuraidah, 15-21 dan 20-22.
Angus Ng Ka Long merupakan pebulutangkis kelahiran Hong Kong, 24 Juni 1994. Meski lahir dan besar di Hong Kong, ia nyatanya memiliki garis keturunan Indonesia.
Nenek dari ibu Angus Ng Ka Long merupakan warga Indonesia etnis Tionghoa.
"Iya benar, nenek dari ibu saya itu adalah orang Indonesia keturunan China," ujar Angus Ng Ka Long kepada Suara.com di Istora Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Saya kurang tahu nenek lahir di daerah mana. Tapi saat ini saya memiliki banyak saudara yang tinggal di Surabaya," sambungnya.
Pada pekan lalu, Angus Ng Ka Long turut berpartisipasi dalam perhelatan Indonesia Open 2019 yang diadakan di Istora Senayan.
Ia pun memiliki tradisi unik setiap kali mengikuti turnamen di Indonesia. Angus mengaku selalu menyempatkan diri mencicipi mie instan paling terkenal di Tanah Air yakni Indomie.
"Kalau ke Indonesia, saya rindu makanannya. Salah satunya adalah Indomie. Itu adalah mie instan favorit saya," ujar Angus Ng Ka Long Angus di Istora Senayan, Jakarta.
"Saya suka Indomie karena saat kecil, teman saya dari Indonesia selalu memasak Indomie untuk saya," pungkasnya.
Setelah dari Indonesia Open 2019, Angus Ng Ka Long langsung terbang ke Jepang untuk mengikuti turnamen Japan Open 2019.
Kiprahnya di Japan Open 2019 terhenti di babak kedua setelah dikalahkan tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, 16-21 dan 15-21, Kamis (25/7).
Satu lagi pebulutangkis Hong Kong yang memiliki garis keturunan Indonesia adalah Vincent Wong Wing Ki.
Bahkan bisa dibilang ia lebih Indonesia dibandingkan kompatriotnya, Angus Ng Ka Long, yang memiliki darah Indonesia dari jalur nenek dari ibunya.
Kedua orang tua Vincent adalah warga etnis Tionghoa asal Jawa. Ayahnya berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Sementara sang ibu warga Surabaya, Jawa Timur.
"Saya lahir di Hong Kong, tapi kedua orang tua saya orang Indonesia. Mereka sekarang pindah ke Hong Kong. Mereka Chinese Indonesia," ujar pebulutangkis kelahiran Hong Kong, 18 Maret 1990, di Istora Senayan, beberapa waktu lalu.
Pebulutangkis berpostur tinggi 180 cm itu menyebut Indonesia adalah rumah keduanya. Ia dan keluarga kerap kali mengunjungi kampung halaman sang ayah di Sumedang.
Meski besar di Hong Kong, Vincent Wong Wing Ki nyatanya tak serta-merta melupakan budaya nenek moyang.
Ia mengaku masih kerap datang ke Tanah Air untuk sekedar mencicipi tahu sumedang, sop buntut, hingga es cendol.
"Indonesia adalah kampung halaman kedua saya. Saya suka tahu sumedang. Papa dan mama saya adalah koki di Hong Kong. Mereka membuka restoran khas Indonesia. Namun kini sudah pensiun," jelas Wong Wing Ki Vincent.
"Di luar mengikuti turnamen, saya punya rencana untuk kembali ke Indonesia. Saya akan ajak istri saya ke Bali. Saya harap bisa terlaksana," sambung atlet yang menguasai bahasa Kanton, Mandarin, Inggris, dan Indonesia.
Kekinian Vincent Wong Wing Ki gagal melaju ke babak perempat final Japan Open 2019. Ia terhenti setelah takluk dari tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto, 16-21 dan 17-21, Kamis (25/7).