Suara.com - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti menilai sektor ganda putra Merah Putih masih tampil inkonsisten. Hal itu menyusul hasil minor di ajang indonesia Open 2019.
Indonesia yang menurunkan Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie tampil antiklimaks.
Jika di Australia Open 2019 mampu menciptakan All Indonesian Final, pada turnamen BWF World Tour Super 1000 ini, keduanya gagal memberi kejutan.
Baca Juga: Wawancara Liliyana Natsir: Stres hingga Mual Jadi Atlet (Bagian 2-Habis)
Anthony yang menjadi unggulan ketujuh secara mengejutkan terhenti di babak kedua oleh wakil Thailand, Kantaphon Wangcharoen.
Atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu takluk dengan skor 20-22, 21-11, dan 19-21.
Sementara Jonatan Christie mampu meraih hasil lebih baik. Juara Australia Open 2019 itu kandas di perempat final dari Chou Tien Chen (China Taipei) dengan skor 21-16, 18-21, dan 14-21.
"Untuk tunggal putra sebenarnya kita berharap ada kejutan. Kesempatan itu ada. Tapi, Indonesia Open itu terkenal bisa jadi neraka dan surga bagi para pemain non-unggulan," ujar Susy Susanti di Istora Senayan, Jakarta.
Menurut Susy, baik Jonatan dan Anthony masih tampil inkonsisten. Kekalahan mereka, kata Susy, bahkan memiliki pola yang serupa, yakni unggul lebih dulu lalu berbalik tertinggal dan kalah.
Baca Juga: Wawancara Pebulutangkis Cantik Thailand: Antara Jakarta dan Nasi Goreng
Susy berharap sektor yang diasuh Hendry Saputra ini bisa segera berbenah. Bukan tanpa alasan, karena Olimpiade 2020 sudah semakin mendekat.
"Saya lihat kesempatan untuk Jonatan dan Anthony itu ada. Tapi sayang, di poin-poin ketat, mereka itu belum stabil dan konsisten dalam memegang fokus," ujar Susy.
"Itu mungkin hal-hal non teknis yang membuat mereka harus terhenti. Harusnya laga belum berakhir tapi fokusnya sudah hilang sebelum selesai. Saat leading mainnya justru santai. Ini yang harus dievaluasi," pungkasnya.