Contoh main di tuan rumah ada saudara, keluarga, teman, minta tiket jadi fokus kita tidak cuma ada dipertandingan. Saya evaluasi itu.
Mungkin karena dekat ke mana-mana kita gampang keluyuran. Kalau di luar negeri kan kita cuma di hall dan hotel, begitu saja. Kalau di Indonesia kita kemana-mana kan tahu.
Jadi itu maksudnya untuk teman-teman atlet harus introspeksi karena main di Indonesia ini tidak mudah, penonton begitu banyak. Positifnya kita dapat dukungan, negatifnya beban berat.
4. Saat Praveen/Melati kalah di babak pertama Indonesia Open 2019, Anda sempat berbicara dengan mereka. Apa yang dibicarakan?
Baca Juga: Berdarah Indonesia, Pebulutangkis Hong Kong Rindu Makan Mie Instan
Terutama Praveen Jordan ya, dia harus bisa jadi pemimpin. Karena Melati kan lebih junior. Praveen sudah juara All England, lebih pengalaman, dia tahu bagaimana mempersiapkan mental, latihan seperti apa.
Dia harus bisa bimbing Melati, jangan Melati bingung kamu juga ikutan bingung.
Praveen bilang ke saya, iya Cik saya habis ini latihan lebih keras lagi. Mudah-mudahan saya berharap ya.
Ya saya paham semua orang, netizen ingin setelah Tontowi/Liliyana langsung ada lagi ganda campuran penerus.
Namun, semua butuh proses, waktu, sabar, untuk mereka bisa menggantikan posisi Owi/Butet. Karena posisi saya dulu dengan Owi juga tak gampang.
Baca Juga: Wawancara Liliyana Natsir: Tontowi Belum Bisa Move On (Bagian 1)
Beban selalu di kita. Kalau kita kalah ya habis lah ganda campuran. Kalau kita menang mah biasa. Jadi mereka harus siap dalam kondisi seperti itu. Itu tak gampang, butuh waktu.