Ini Dua Aspek yang Masih Jadi Kendala Tunggal Putri Indonesia

Rabu, 29 Mei 2019 | 19:34 WIB
Ini Dua Aspek yang Masih Jadi Kendala Tunggal Putri Indonesia
Pebulutangkis tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung takluk dari Akane Yamaguchi di partai kedua babak semifinal Piala Sudirman 2019, Sabtu (25/5). Hasil ini membuat laga Indonesia vs Jepang menjadi imbang 1-1. [Humas PBSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelatih Tunggal Putri Pelatnas PBSI, Rionny Mainaky membeberkan dua aspek yang masih menjadi kendala anak didiknya. Kedua aspek tersebut, yakni daya tahan dan daya juang.

Sejak resmi menukangi sektor tunggal putri PBSI pada awal April 2019 lalu, Rionny Mainaky langsung menyoroti aspek fisik Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan.

Ia menilai, sisi stamina dan ketahanan fisik jadi salah satu kendala utama tunggal putri Pelatnas PBSI yang harus segera dicarikan solusinya.

Selama melatih di Pelatnas, Rionny telah menambah program pengingkatan kualitas fisik para anak latihnya.

Baca Juga: Evaluasi Piala Sudirman: Taufik Hidayat 'Sentil' Tunggal Putra Indonesia

Namun, hingga kini ia menilai progresnya masih jauh dari kata maksimal.

"Daya tahan saya rasa masih berada di kisaran 60 persen. Mereka belum maksimal. Kita bisa lihat di lapangan, mereka sudah punya tapi belum maksimal. Dari otot, kekuatan pukulan. Memang sudah oke tapi volumenya belum ada," ujar Rionny Mainaky di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (29/5/2019).

Salah satu program penambahan fisik yang diberikan Rionny kepada Fitriani cs ialah dengan menambah porsi latihan.

Khususnya selepas para anak didiknya bertanding.

Baca Juga: Gagal di Piala Sudirman, Ini Pesan Haru Kevin Sanjaya

Pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Fitriani, menang atas Line Hojmark Kjaersfekdt (Denmark) di babak pertama Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (23/1). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Fitriani, menang atas Line Hojmark Kjaersfekdt (Denmark) di babak pertama Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (23/1). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Dia mengaku telah memberlakukan latihan tambahan dengan durasi sekitar satu jam selepas pertandingan.

Program itu sudah mulai berjalan sejak Malaysia Open 2019, awal April lalu.

"Saya biasa kalau mereka habis selesai tanding, langsung saya suruh ke belakang untuk berlatih lagi. Misal kalau mereka main dan kalah dalam waktu 30 menit, mereka harus latihan lagi selama satu jam," ujar Rionny.

"Peraturannya begitu. Kalau kalah dalam waktu setengah jam, latihan di kali dua. Tapi tergantung waktu dan ketersediaan lapangan latihan di venue turnamen."

Pelatih anyar sektor tunggal putri Indonesia, Rionny Mainaky. [Dok. PBSI]
Pelatih anyar sektor tunggal putri Indonesia, Rionny Mainaky. [Dok. PBSI]

Meski sangat mengutamakan sisi ketahanan fisik pemain, Rionny tak menampik jika pribadi masing-masing atlet sangat menentukan dalam hal meraih kesuksesan.

Pemain, lanjut Rionny, itu harus punya daya juang di latihan maupun pertandingan sungguhan.

"Jadi yang saya ingin lihat itu saat dipertandingan sungguhan. Kalau dapat bola sulit bisa dikembalikan dengan baik. Kita akan dapat pengalaman. Latihan mungkin penting, tapi dipertandingan ini yang harus (ditunjukkan)," pungkas Rionny Mainaky.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI