Suara.com - Penampilan Anthony Sinisuka Ginting saat kalah dari wakil Jepang, Kento Momota di laga semifinal Piala Sudirman 2019 menuai sorotan tajam dari legenda bulutangkis Tanah Air, Rudy Hartono.
Anthony yang menjadi pilihan utama sektor tunggal gagal menunaikan tugas meraih poin. Pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu kalah dua game langsung dari Momota dengan skor 17-21, 19-21 dalam tempo 66 menit.
Rudy yang merupakan salah satu tunggal putra Indonesia paling berbakat di zamannya, menyebut Anthony kekurangan inisiatif mengubah pola permainan dalam laga yang berlangsung di Guangxi Sports Center, Nanning, China, Sabtu (25/5/2019) tersebut.
Saat tengah tertinggal atau permainannya didikte oleh Kento Momota, tunggal putra peringkat tujuh dunia itu dinilai Rudy tak mampu keluar dari tekanan, hingga akhirnya tak berkutik dan kalah.
Baca Juga: Inkonsistensi Sektor Tunggal Jadi Sorotan Susy Susanti
"Kalau menurut saya, permainan dia (Anthony) monoton. Dia tak bisa membuktikan dirinya itu bisa. Bisa dikatakan dia sudah kalah duluan sama lawan," ujar Rudy Hartono menyayangkan, saat dihubungi Suara.com, Minggu (26/5/2019).
"itu terlihat dari cara dia bermain. Dia istilahnya tak bisa mengambil kesempatan untuk meraih kemenangan," sambung sang legenda.
Anthony memang beberapa kali mampu unggul dan menyulitkan Kento Momota. Kecepatan pebulutangkis berusia 23 tahun itu bahkan kerap membuat Momota, yang notabene merupakan tunggal putra terbaik di dunia, kalang kabut untuk mengembalikan shuttlecock.
Namun, inkonsistensi lagi-lagi jadi hambatan untuk Anthony. Saat tengah memimpin 10-7 di game kedua, Anthony seakan kehilangan kendali permainan hingga tersusul dan akhirnya kalah 19-21.
"Anthony itu dalam hal ini kurang berinisiatif. Sudah jelas kalau dia harus bisa ubah pola main. Momota itu strateginya luar biasa, dia itu selalu main dengan strategi. Jadi dia tak semata-mata hanya main asal-asalan," papar Rudy.
Baca Juga: Susy Susanti: Andai Tunggal Putra Indonesia Selevel Kento Momota...
"Nah, kalau Anthony ini meladeni tapi tak tahu batasan di mana dia harus menyelesaikan. Dia bermain cepat, dia punya kemampuan di situ. Tapi kecepatannya diredam terus, sehingga akhirnya percuma. Dia lari kanan dan kiri, tapi lari-lari saja," jelasnya.