Toh ia berhasil mencetak prestasi gemilang, yaitu setahun kemudian merebut kembali gelar juara dunia 1977 bersama tim Ferrari, dan 1984 bersama tim McLaren. Tiga kali gelar juara dunia direngkuh Niki Lauda, setelah yang perdana pada 1975 bersama tim Ferrari.
Diberi julukan "The Computer" mengingat naluri bisnis, latar belakangnya sebagai keluarga kaya di Austria serta perhitungannya saat balap, kegiatan Niki Lauda setelah gantung helm pada 1985 adalah mengurusi bisnis maskapai penerbangan Lauda Air. Sebagai pemegang lisensi pilot komersial, ia pun tak jarang bertindak menjadi kapten penerbangan maskapai pribadinya itu.
Kegiatan lainnya di bidang F1, adalah menjabat sebagai penasehat tim Ferrari, lantas manajer Jaguar F1 Racing, dan kembali berbisnis transportasi udara yang ia namai Niki, setelah menjual Lauda Air kepada Austrian Airlines.
Niki sendiri kemudian diakuisisi Air Berlin, dan lima tahun kemudian, pada 2016, Niki Lauda mengambil alih sebuah maskapai penerbangan carter yang ia beri nama Lauda Motion dan kemudian dijualnya kepada Ryanair.
Baca Juga: Honda CRF250 Rally Alami Penyegaran pada Dua Warna Baru
Sementara di pentas F1 zaman now, jabatannya adalah non-executive chairman tim Mercedes, salah satu tugasnya memberikan saran serta berdiskusi dengan drivernya, seperti Lewis Hamilton.
Ia sendiri disebut-sebut sebagai tokoh kunci meredam perseteruan antara Lewis Hamilton dan Nico Rosberg yang menjadi juara dunia F1 pada 2016.
Selain berkarya di bidang transport udara komersial dan tetap dekat ke dunia F1, Niki Lauda juga menelurkan lima buku tentang jet darat termasuk kisahnya, seperti My Years with Ferrari (1978) serta Formula 1: The Art and Technicalities of Grand Prix Driving (1975).
Di balik sosoknya yang energetic, sosok yang kadang disebut sebagai The Rat atau King Rat (maaf, mengacu kepada struktur gigi geliginya) dan semakin diperjelas di film "The Rush" dengan jurnalis menjuluki "The Rat (Niki Lauda) and The Prince (James Hunt)" untuk kompetisi ketat kedua driver ini, ada hal mungkin terlewat dari perhatian insan F1.
Yaitu, kondisi organ tubuhnya yang mungkin tak pernah pulih 100 persen dari kecelakaan fatal di F1 GP Jerman 1976. Niki Lauda harus menjalani operasi cangkok ginjal pada 1997 dan 2009, bahkan transplantasi paru-paru pada 2018. Namun ia tak kenal menyerah sampai wafatnya di Swiss pada 20 Mei 2019. Setelah dirawat lebih dari sepekan pada Januari 2019 karena influenza.
Baca Juga: Pemilu Pengaruhi Penjualan Sektor Otomotif, Penjualan Isuzu Naik 7,5 Persen
Seperti kata mutiaranya yang diunggah di laman sosial Instagram milik F1: F1 dikiritisi banyak pihak sebagai risiko yang tidak penting. Namun kehidupan macam apakah kalau kita hanya melakukan yang disebut penting?
Selamat jalan, Niki Lauda. Sosok yang selalu bersemangat di pentas balap F1 maupun dunia bisnis penerbangan. Juga dalam melakoni setiap detik kehidupan.