Niki Lauda Berpulang, Ini Warisannya Soal Semangat Hidup dan Balap

Rabu, 22 Mei 2019 | 07:00 WIB
Niki Lauda Berpulang, Ini Warisannya Soal Semangat Hidup dan Balap
Diabadikan pada 10 Juli 2016, Juara Formula One (F1) tiga kali, Niki Lauda menjelang Grand Prix F1 Inggris di sirkuit balap motor Silverstone. Legenda driver F1 ini meninggal pada usia 70 tahun, keluarga merilis pernyataan wafatnya ke media Austria Selasa pagi, 21 Mei 2019 [AFP/Andrej Isakovic].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di dunia balap Formula One (F1), Andreas Nikolaus Lauda atau lebih dikenal sebagai Niki Lauda adalah sosok tahan banting dengan kemauan baja. Bahkan beberapa julukan menunjukkan betapa bernyalinya lelaki kelahiran Wina, Austria, 22 Februari 1949 itu. Seperti "Yang Nyaris Dipeluk Maut" atau "Sang Pengecoh Maut" gara-gara keberaniannya untuk bertarung lagi, hanya enam pekan setelah mengalami nahas dalam F1 GP Jerman 1976 di Sirkuit Nuerburgring.

Saat itu, Niki Lauda berlaga di bawah bendera tim Ferrari dan tunggangannya terempas di tembok pembatas, lalu terbakar, sementara ia sendiri terperangkap di dalam kokpit dengan kondisi helm terlepas.

Legenda dan juara dunia F1 tiga kali, Niki Lauda, menerima penghargaan Laureus World Sports 2016 di Berlin, Jerman, 21 Mei 2016. [AFP/Tobias Schwarz]
Legenda dan juara dunia F1 tiga kali, Niki Lauda, menerima penghargaan Laureus World Sports 2016 di Berlin, Jerman, 21 Mei 2016. [AFP/Tobias Schwarz]

"Kerusakan tubuh paling parah, adalah bagian paru-paru, akibat saya menghirup asap panas beracun dan dijilat kobaran api saat masih berada di jok balap, sekitar 50 detik lamanya. Panasnya mungkin mencapai sekitar 800 derajat (Fahrenheit)," kenang Niki Lauda saat itu, sekitar satu dekade setelah kejadian, sebagaimana dikutip dari laman Scotsman.

"Dan bila 10 detik lagi saya tidak ditarik keluar oleh rekan driver lain, barangkali sudah tiada," imbuhnya seperti dikutip dari Telegraph.

Baca Juga: Honda CRF250 Rally Alami Penyegaran pada Dua Warna Baru

Setelah mengalami koma sekitar empat hari, dan paru-paru serta luka bakarnya dioperasi, ia pun bertarung di Sirkuit Monza, F1 GP Italia 1976 dan berhasil meraih peringkat keempat.

Bukan kondisi fisik carut marut di telinga kanan dan wajah membuat Niki Lauda risau setelah ia selamat dari petaka. Atau luka bakar masih basah saat akan terjun bertanding lagi. Namun semangatnya yang sempat surut pada latihan di hari pertama menjelang balapan. Saat memindahkan gigi dua pada tuas persneling hatinya tergetar hebat dan sempat terlintas, "Saya tak bisa balapan lagi."

Namun ia membangun rasa percaya dirinya dan berhasil kembali ke performa awal, setelah terjun di sekitar empat atau lima balapan.

Film "Rush" (2013) yang disutradarai Ron Howard dan ditulis oleh Peter Morgan bisa dijadikan referensi  visual tentang semangat Niki Lauda (diperankan Daniel Bruehl), termasuk perseteruannya dengan driver asal Britania Raya, James Hunt (Chris Hemsworth).

Termasuk salah satu kejadian paling dikenang para penggemar F1 zaman old. Yaitu di F1 GP Jepang 1976, saat poin Niki Lauda hanya terpaut tiga angka lebih tinggi dibandingkan James Hunt, dan ia memutuskan tak melanjutkan balap karena kondisi trek banjir serta berkabut. Sebuah keputusan besar, dengan imbas Niki Lauda batal menjadi juara dunia 1976 setelah meraihnya pada 1975.

Baca Juga: Pemilu Pengaruhi Penjualan Sektor Otomotif, Penjualan Isuzu Naik 7,5 Persen

"Saya tak pernah menyesali keputusan itu. Dan tetap akan melakukan hal sama, bila terjadi di masa kini," tandasnya.

Laman berikut adalah peran Niki Lauda dalam F1 zaman now.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI