Dua Turnamen Terakhir Jeblok, PBSI Target Satu Gelar di Kejuaraan Asia

Minggu, 21 April 2019 | 22:42 WIB
Dua Turnamen Terakhir Jeblok, PBSI Target Satu Gelar di Kejuaraan Asia
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti. (Suara.com/Arief Apriadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah skuat Indonesia gagal meraih gelar di dua kejuaraan BWF World Tour terakhir, yakni Malaysia Open dan Singapore Open 2019, PBSI mencanangkan kebangkitan di gelaran Kejuaraan Asia atau Badminton Asia Championships (BAC) 2019.

Susy Susanti selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, memberi target minimal satu gelar juara pada kejuaraan yang akan berlangsung di Wuhan, China, 23-28 April 2019 tersebut.

Peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona itu berharap wakil-wakil Merah-Putih yang diikutsertakan bisa membayar kegagalan di BAC nanti.

"Lihat dari hasil terakhir, mungkin memang di dua kejuaraan terakhir kita tidak mendapat gelar juara," buka Susy Susanti. 

Baca Juga: Hari Kartini, Berllian Marsheilla Ajak Perempuan Utamakan Pendidikan

"Tapi atlet punya tanggung jawab masing-masing. Jadi kalau ditanya target, saya jawab seperti yang lalu-lalu, di BAC paling tidak dapat satu gelar," terangnya.

Dilansir dari laman tournamentsoftware, Minggu (21/4/2019), Indonesia sendiri menurunkan para pemain andalan di Badminton Asia Championships 2019.

Sebut saja Kevin Sanjaya Sukamuljo / Marcus Fernaldi Gideon, Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto, hingga Jonatan Christie di sektor tunggal putra.

Susy menjelaskan jika BAC 2019 sejatinya bergulir dalam timeline waktu yang kurang menguntungkan bagi banyak pebulutangkis.

Pasalnya, jadwal turnamen tersebut sangat berdekatan dengan ajang pengumpulan poin kualifikasi perdana Olimpiade 2020, yakni New Zealand Open 2019 (30 April hingga 5 Mei 2019).

Baca Juga: Bicara Kartini, Susy Susanti Ajak Perempuan Berani Menggapai Mimpi

"Yang berangkat itu pasti pemain dengan peringkat dunia yang tinggi, karena itu sudah wajib. Kalau kita tidak berangkat bisa denda USD 5.000," tutur Susy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI