Suara.com - Pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) PB PABBSI, Dirja Wihardja, menilai performa lifter putra Eko Yuli Irawan belum sempurna, meski di Piala Dunia Angkat Besi 2019 sukses meraih medali emas.
Pernyataan Dirja merujuk pada hasil angkatan snatch dan clean and jerk Eko yang gagal menempati urutan pertama. Meskipun secara angkatan total, Eko keluar sebagai yang terbaik dengan 297 kilogram.
Angkatan snatch 136 kilogram yang dicatatkan Eko kalah dari lifter China, Li Fabin dengan 141 kilogram. Sedangkan clean and jerk 161 kilogram milik Eko cuma setara dengan wakil Korea Utara, Om Yun Chol.
"Ya memang, sebagai pelatih kita mempersiapkan atlet itu pertama agar dia meraih medali emas, kedua baru (mengenai) angkatannya," ujar Dirja Wihardja saat dihubungi Suara.com, Senin (25/2/2019).
Baca Juga: Maret Beroperasi, Anies Diskusi Tentukan Tarif MRT dengan DPRD
"Penampilan Eko memang masih harus ditingkatkan lagi, teturama dari sisi powernya. Tapi soal Piala Dunia 2019 kemarin, kita juga punya strategi. Memang snatch dan clean and jerk-nya tidak berada di urutan pertama, tapi secara angkatan total Eko 'kan menang," imbuh Dirja.
Piala Dunia Angkat Besi 2019 sendiri menjadi turnamen kualifikasi Olimpiade 2020 kedua yang diikuti Eko Yuli. Pada kualifikasi pertama di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 (Ashgabat), lifter 29 tahun itu juga sukses meraih medali emas.
Eko Yuli sendiri bakal kembali berlaga di Kejuaraan Asia Angka Besi 2019 di Ningbao, China, pada 18-28 April mendatang. Dirja berharap anak didiknya itu bisa kembali meraih medali emas, agar semakin memperbesar peluang lolos ke Olimpiade 2020.