Kisah Christian, Bikin Richard Mainaky Keluar dari Pekerjaan Debt Collector

Jum'at, 15 Februari 2019 | 20:20 WIB
Kisah Christian, Bikin Richard Mainaky Keluar dari Pekerjaan Debt Collector
Kepala Pelatih Ganda Campuran Pelatnas PBSI, Richard Mainaky. [Humas PBSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama besar legenda hidup bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, sudah tak diragukan lagi. Kehebatannya sebagai pemain maupun pelatih membuatnya menjadi pebulutangkis Indonesia ketiga yang diberikan penghargaan The Badminton Hall of Fame.

Namun, siapa sangka jika pria kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 11 Desember 1949 itu punya andil besar dalam karier kepelatihan Richard Mainaky.

Tak hanya memberikan ilmu, Christian Hadinata diketahui telah membuat Richard keluar dari pekerjaan sebagai debt collector.

Kisah 'kepahlawanan' Christian Hadinata terjadi pada tahun 1996.

Baca Juga: Wah, Marc Marquez Kepergok Kencan dengan Model Super Cantik

Koh Chris—sapaan akrab Christian—yang saat itu menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Pembinaan PBSI mengajak Richard yang kala itu sudah memutuskan pensiun pada 1994 untuk menjadi pelatih di Pelatnas PBSI.

"Waktu itu saya telepon dia. Chad, mau tidak ke Cipayung, jadi pelatih. Saya bilang ke dia untuk memikirkan ajakan saya dua tiga hari. Waktu itu saya tidak tahu pekerjaan dia (debt collector), selain pelatih di PB Tangkas," ujar Christian Hadinata saat ditemui di kawasan TVRI, Senayan, Jakarta, Kamis (14/2/2019).

Legenda hidup bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, ditemui usai menghadiri konferensi pers Djarum Superliga 2019 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (31/1/2019). [Suara.com/Arief Apriadi]
Legenda hidup bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, ditemui usai menghadiri konferensi pers Djarum Superliga 2019 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (31/1/2019). [Suara.com/Arief Apriadi]

Koh Chris mengajak Richard untuk berjuang bersama-sama di Pelatnas, karena menilai mantan anak didiknya itu memiliki pribadi yang disiplin dan keras.

Karakter itu dinilainya cocok untuk mengarsiteki sektor ganda campuran yang kala itu tengah terpuruk.

"Saya merekrut Richard karena dia saya nilai punya potensi dan tekad. Jujur saja sektor ganda campuran saat itu memang levelnya para pemain buangan," ujar Christian.

Baca Juga: Seluruh Atlet Peraih Emas Asian Games Belum Terima Bonus Rumah

Bak gayung bersambut, dua hari kemudian, Richard akhirnya balik menelepon Christian Hadinata.

Pria kelahiran Ternate, Maluku itu menegaskan jika dirinya siap menggembleng sektor ganda campuran Indonesia.

"Ya dua harian dia telepon balik saya. Saya bilang kan sebelumnya, menurut saya ini tantangan buat kamu (Richard). Kalau kamu berhasil, itu akan luar biasa. Pamor ganda campuran itu bisa naik," papar peraih dua medali emas Kejuaraan Dunia 1980.

Ganda campuran Indonesia Liliyana Natsir (kanan) dan Tontowi Ahmad berusaha mengembalikan kok ke ganda campuran Malaysia Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying saat pertandingan semifinal Daihatsu Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (26/1/2019). Owi/Butet lolos ke final setelah menang dengan skor 22-20 dan 21-11. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merupakan salah satu pasangan ganda campuran terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Keberhasilan mereka mengukir prestasi tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Richard Mainaky.[Antara/Hafidz Mubarak A]

Sejak resmi melatih Pelatnas PBSI pada 1996, tuah dari tangan dingin Richard Mainaky langsung terlihat.

Berselang empat tahun, yakni pada Olimpiade 2000 Sydney, sektor ganda campuran Indonesia sukses meraih medali perak memalui duet Tri Kusharjanto/Minarti Timur.

Sejak saat itu, racikan dari tangan mantan debt collector itu terus memberikan hasil memuaskan bagi Indonesia.

Sektor ganda campuran yang pada awalnya dipandang sebelah mata, mampu dibuat bangkit oleh seorang Richard Mainaky.

Sejak era Tri/Minarti berakhir, pasangan ganda campuran hebat terus bermunculan dari tangan Richard Mainaky.

Sebut saja Nova Widianto/Liliyana Natsir yang meraih medali perak Olimpiade 2008 Beijing, serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sukses meraih medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI