Suara.com - Indonesia telah kehilangan mantan sprinter terbaiknya, Purnomo Muhammad Yudhi, yang pernah membawa Merah Putih dalam ajang Olimpiade Los Angeles 1984.
Purnomo meninggal dunia dalam usia 56 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (15/2/2019).
"Kami mendapatkan konfirmasi dari keluarga bahwa beliau meninggal dunia pada Jumat pagi. Kondisi beliau memang sudah lemah pada pekan lalu. Tapi, kami tidak menanyakan sakit intinya apa. Kami selalu menyemangatinya agar lekas sembuh," ujar Wasekjen PB PASI Tuti Merdiko, dilansir Antara.
Tuti mengatakan, rekannya yang juga mantan atlet atletik itu sudah beberapa kali menjalani kemoterapi.
Baca Juga: Seluruh Atlet Peraih Emas Asian Games Belum Terima Bonus Rumah
"Purnomo adalah sosok yang ramah dan perhatian dia terhadap atlet dan mantan atlet luar biasa besar. Kami pernah bersama di jajaran Komite Olahraga Nasional Indonesia selain di PB PASI," kata Tuti.
"Dia pernah menyampaikan pesan singkat kepada saya, 'Mbak, aku mau sehat. Kalau bisa jadi menteri olahraga (Menpora—red). Aku mau perjuangkan nasib olahragawan Indonesia'. Itu dikirimkan sekira sebulan lalu," tambahnya.
Mantan atlet yang sukses menembus putaran semifinal lari 100 meter putra dalam Olimpiade Los Angeles 1984 itu, menurut Tuti, selalu bertanya tentang kondisi para atlet Indonesia, bukan hanya atlet atletik.
"Dia ingin memperjuangkan nasib para atlet tidak hanya ketika mereka masih aktif membawa nama Indonesia melainkan juga setelah pensiun sebagai atlet," kata Tuti.
Namun, Tuti mengaku belum sempat menyanggupi permintaan mantan peraih emas dalam Kejuaraan Atletik Asia di Jakarta pada 1985 itu dengan mengajak atlet Lalu Mohammad Zohri datang membesuknya.
Baca Juga: Perjuangan Vaggelis Chatzis, Sang Petinju Bertangan Satu
"Zohri masih di Surabaya pada pekan lalu untuk mengikuti peringatan Hari Pers Nasional. Dia sempat meminta saya untuk mengajak Zohri jika datang membesuknya," ujar Tuti.
Tuti menambahkan sosok Purnomo selalu berpesan kepada para atlet atletik nasional untuk terus berjuang demi prestasi Indonesia.
"Bukan berjuang untuk mendapatkan bonus. Penghargaan pasti akan datang jika atlet berjuang untuk prestasi," katanya.
Almarhum sprinter Purnomo Muhammad Yudhi tercatat pernah menjalani kemoterapi karena terkena kanker kelenjar getah bening sejak 2015. Kanker itu sempat sembuh, tapi kembali muncul pada 2017.