PBSI Tolak Wacana BWF Gunakan Shuttlecock Sintetis

Kamis, 07 Februari 2019 | 10:15 WIB
PBSI Tolak Wacana BWF Gunakan Shuttlecock Sintetis
Ilustrasi shuttlecock [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) secara tegas menolak wacana BWF yang ingin mengganti shuttlecock bulu angsa dengan shuttlecock berbahan sintetis, yang akan diuji coba di BWF World Tour Finals 2019.

Menurut Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti, rencana BWF tak tepat jika dilakukan sekarang. Sebab, para atlet dan federasi bulutangkis masing-masing negara tengah fokus mempersiapkan diri menuju Olimpiade.

Perubahan-perubahan kecil maupun besar yang dilakukan BWF, dikhawatirkan akan merusak program yang telah dipersiapkan federasi masing-masing negara, karena atlet harus beradaptasi ulang dengan media shuttlecock yang baru.

"(PBSI) belum setuju. Saya rasa lebih baik menggunakan (shuttlecock) yang biasa saja. Ini 'kan tersisa satu setengah tahun (menuju Olimpiade), jangan coba-coba deh," ujar Susy Susanti saat dihubungi wartawan, Kamis (7/2/2019).

Baca Juga: Tiba di PN Surabaya, Ahmad Dhani Kenakan Kaus 'Tahanan Politik'

"Ini mau Olimpiade, janganlah mengambil suatu perubahan yang tidak biasa. Karena bisa merugikan semua pihak. BWF aturannya itu memang kadang ada-ada saja," imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, BWF tak kali ini saja mewacanakan peraturan maupun perubahan sistem yang bisa dibilang kontroversial.

Sebelum rencana penerapan shuttlecock sintetis, sejak 2018 federasi bulutangkis dunia itu juga telah menerapkan perubahan service dan minimal turnamen yang harus diikuti pebulutangkis.

Wacana penerapan shuttlecock sintetis sendiri disebut BWF untuk meminimalisir biaya produksi shuttlecock. Selain itu, shuttlecock sintetis dinilai akan lebih tahan lama, sehingga para pebulutangkis tak perlu lagi berkali-kali meminta pergantian shuttlecock di tengah laga.

Menurut Susy Susanti, wacana itu sebenarnya masuk akal. Namun, BWF disebutnya harus cermat memilih waktu yang tepat untuk menerapkan terobosan itu.

Baca Juga: Taksi Ramah Disabilitas, Terbaru dari Toyota

"Nanti setelah Olimpiade (2020) baru diuji coba buat adaptasi. Kadang-kadang perubahan dari BWF suka membuat kesal. Jadi kami capek, coba pikir ke situ. Jangan hanya untuk kepentingan sepihak saja, untuk mencari celah terus," tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI