Suara.com - Nitya Krishinda Maheswari kini tengah menjalani peran baru sebagai staf kepelatihan tim ganda putri PBSI. Sejak mulai melatih pada 7 Januari lalu, Nitya telah mengantongi kekurangan dari sektor ganda putri Indonesia.
Sebagaimana diketahui, selepas Nitya mengalami cedera parah pada 2016 silam, sektor ganda putri PBSI cuma bertumpu pada pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Diberbagai turnamen mayor maupun BWF, hanya Greysia/Apriyani yang terlihat bisa unjuk gigi. Sebaliknya, penampilan para ganda putri lain terlihat masih angin-anginan.
Della Destiara Haris dan kolega masih belum mampu menjadi pelapis dari ganda putri peringkat empat dunia tersebut. Alhasil, sektor ganda putri dunia kini dikuasai wakil-wakil Jepang.
Baca Juga: Indonesia Tuan Rumah ATC, Ini Banderol Sepeda Track, Bikin Tepok Jidat
Menurut Nitya, sektor ganda putri Indonesia sebenarnya punya potensi untuk unjuk gigi. Namun, mayoritas pemain masih tak mau menghargai proses.
Nitya menilai para pemain ganda putri PBSI saat ini kurang punya kemauan. Semangat menggebu untuk menjadi juara perlahan-lahan terlihat padam.
"Sebenarnya sih ganda putri tidak susah banget ya, lebih ke tanggung jawab anak-anaknya. Makin ke sini cuma, oke saya latihan, diberangkatkan ke pertandingan, hasilnya menang-kalah, ya sudah," ujar Nitya dalam keterangan yang diterima Suara.com, Rabu (9/1/2019).
Nitya berharap, para pemain bisa berpikir lebih dewasa. Sebagai mantan pebulutangkis ganda putri, Nitya amat paham mana atlet yang serius mengejar gelar juara.
"Semua atlet pasti punya kemauan untuk juara. Tapi bisa kelihatan, mana yang cuma mau doang, mana yang mau dan benar-benar mau menjalankan," bebernya.
Baca Juga: Kesabaran PBSI Terhadap Ketiga Pemain Ini Sudah Habis
"Apalagi saya dan Koh Didi—sapaan akrab Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas PBSI Eng Hian—pernah mengalami sebagai pemain. Jadi kami tahu kalau atlet ini benar-benar atau sekadar menjalankan saja," tukas Nitya.