Namun nahas, bukan nyala lampu yang mereka dapati, tapi justru gelombang tsunami yang datang menerjang, meluluhlantahkan mereka semua.
"Saat itu kan sedang terang bulan ya, jelas banget kelihatan bagaimana ombak sangat tinggi menghampiri kami. Saat itu saya langsung tergulung seperti naik ayunan," ujar Sri Hartini.
Usai bergelut dengan ganasnya ombak, yang pada akhirnya membuat luka sayatan disekujur tubuhnya, Hartini mengaku sempat lega kala gelombang air mulai menjinak.
Namun, perasaan tenangnya hanya sesaat karena gelombang air yang sudah tenang, justru membawa ancaman lain. Tubuh Hartini yang masih lemas terseret hingga mendekati laut.
Baca Juga: 5 Pebulutangkis dengan Pendapatan Terbesar 2018, Kevin / Marcus Nomor 2
Beruntung, sebuah pohon kelapa yang masih berdiri kokoh berhasil menyelamatkannya. Dalam keadaan kalut, tangannya berusaha keras memeluk erat agar tak terseret air.
"Agak lama saya menunggu hingga air akhirnya surut. Saat itu baru terdengar suara teman-teman saya yang saling memanggil. Kami berkumpul dan meminta bantuan orang-orang (warga sekitar)," ujar Hartini.
Akibat tsunami itu, Sri Hartati mengalami luka lecet dan memar di beberapa bagian tubuhnya.
Paru-parunya juga disebut mengalami sedikit gangguan karena kemasukan air dan pasir.
Seperti diketahui, rombongan Kemenpora berada di Tanjung Lesung untuk mengadakan kegiatan Pelatihan SDM dari Unit Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keolahragaan Nasional (PP ITKON), yang berlangsung pada 21-23 Desember 2018.
Baca Juga: Daftar Pebalap Tertinggi dan Terpendek di MotoGP 2019
Akibat bencana tsunami itu, dari 50 orang rombongan, lima pegawai Kemenpora meninggal dunia dan 17 lainnya luka-luka.