Suara.com - Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto turut menyoroti sistem baru yang diterapkan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) untuk tahun 2018 hingga 2021 mendatang.
Seperti diketahui, BWF telah menerapkan dua dari tiga aturan baru untuk periode 2018-2021. Antara lain mengenai perubahan servs dan kuota minimal jumlah turnamen yang harus diikuti atlet dalam satu musim.
Aturan baru ini sejatinya telah menuai protes dari banyak pihak. Namun untuk aturan kedua, banyak atlet yang baru merasakan dampak perubahan tersebut, termasuk Tommy Sugiarto.
"Ya pasti ada dampaknya, karena kita tidak sempat mempersapkan diri di beberapa turnamen, karena waktunya tidak banyak," ujar Tommy saat dihubungi Suara.com, Kamis (6/12/2018).
Baca Juga: 10 Akun Olahraga Indonesia Paling Populer di Twitter 2018
Tommy yang tahun ini sudah mengikuti 17 turnamen BWF World Tour menyebut aturan minimal 12 turnamen, membuat tenaga para atlet terforsir.
Di samping itu, para pebulutangkis jadi tak memiliki persiapan yang cukup karena jadwal yang terlampau padat.
"Apalagi ada beberapa turnamen yang waktunya sangat padat (berdekatan). Itu banyak pemain yang jadi rentan cedera. Karena memang mereka terforsir habis untuk mengikuti turnamen-turnamen yang ditentukan. Banyak rentetan tur di 2018 ini," ujar putra legenda bulutangkis Icuk Sugiarto tersebut.
Saking padatnya turnamen yang harus diikuti pada tahun ini, Tommy mengaku sampai rela untuk tak berlatih bersama klubnya, Icuk Sugiarto Training Camp (ISTC).
Karena jadwal yang padat, dirinya lebih memilih menyewa GOR PB Jaya Raya Metland Puri, yang berlokasi dekat tempat tinggalnya di Kota Tangerang.
Baca Juga: 10 Besar Tagar Olahraga Teratas Sepanjang 2018 di Twitter Indonesia
"Saya di GOR PB Jaya Raya itu nyewa, seperti orang-orang. Klub saya itu ISTC Klub Sukabumi. Saya pilih GOR ini karena dekat dengan rumah saya. Karena kalau saya ke Sukabumi aksesnya terlalu jauh, padahal banyak turnamen yang cuma berselang satu minggu," ujar Tommy.
Selain masalah padatnya waktu, Tommy juga menyebut aturan minimal 12 turnamen yang harus diikuti, cukup memberatkan dirinya sebagai pemain non-pelatnas yang menggunakan modal sendiri dalam mengikuti semua turnamen.
Jika dirinya absen atau mundur dari salah satu turnamen yang telah ditentukan BWF, maka biaya penalti 5 ribu dolar AS (sekitar Rp 72,5 juta) harus dibayarnya secara pribadi.
"Seperti sekarang sudah di track (ditentukan turnamennya) seperti ini. Kalau saya enggak ikut turnamen, penaltinya saya yang bayar sendiri. Sekarang (kalau absen) di superseries—BWF World Tour—denda 5 ribu dolar AS dan pemain independen (non-pelatnas) juga kena," tukas Tommy.