Suara.com - I Gede Siman Sudartawa mengaku tidak setuju dengan rencana pemerintah menurunkan minimal 60 persen atlet pelapis di SEA Games 2019.
Menurut atlet renang andalan Indonesia ini, peraturan tersebut tak sepenuhnya cocok jika diaplikasikan pada seluruh cabang olahraga Indonesia yang saat ini dinilai masih belum merata secara kualiats.
Siman mencontohkan, pada SEA Games 2017 saja cabang olahraga renang Indonesia yang mayoritas diisi atlet utama hanya mampu menempati urutan keempat klasemen perolehan medali, dengan rincian 4 emas, 11 perak dan 10 perunggu.
Karena itu, dirinya tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika atlet pelapis yang harus turun di SEA Games 2019 nanti.
Baca Juga: Aktivitas 5 Pebalap MotoGP Saat Jeda Musim, Nomor 3 Tak Ada Kapoknya
"Karena saya pikir di SEA Games sendiri untuk cabang olahraga renang kan kita juga susah ya. Jadi kita harus tetap pakai atlet utama," ujar Siman saat ditemui di Stadion Akuatik GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (2/12/2018).
Siman mengatakan, peraturan minimal menurunkan 60 persen atlet pelapis lebih cocok diaplikasikan pada cabang olahraga level elite, seperti bulutangkis.
Para pebulutangkis elite Indonesia, disebut Siman, punya banyak opsi turnamen pengganti jika tak diturunkan di SEA Games.
Sehingga bonus raihan medali yang harusnya didapat saat turun di SEA Games mampu tergantikan dari prestasi di kejuaraan lainnya.
"Wacana atlet pelapis lebih tepatnya untuk cabang olahraga seperti bulutangkis. Karena level mereka sudah dunia. Kalau kita kan masih memerlukan SEA Games, istilahnya ada bonusnya untuk kedepannya," kata Siman.
Baca Juga: Prediksi 3 Pebalap yang Bakal Jadi 'Kuda Hitam' di MotoGP 2019
"Kalau misalnya kita enggak diikutkan (ke SEA Games), berarti pemerintah harus punya back up (turnamen) yang setara, dan kalau kita juara harus dapat bonus setara (SEA Games) juga," Siman menambahkan.