Dadakan Ganti Regulasi, Herry IP Sebut BWF Tak Profesional

Rabu, 14 November 2018 | 16:04 WIB
Dadakan Ganti Regulasi, Herry IP Sebut BWF Tak Profesional
Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi (tengah), memeluk pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. [Humas PBSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi mengaku kecewa berat dengan perubahan regulasi mendadak yang dilakukan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Herry bahkan menyebut BWF tidak profesional.

Seperti diketahui, akun twitter resmi PBSI pada, Selasa (13/11/2018) malam WIB, mengabarkan suatu hal yang bisa dibilang mengejutkan.

Berdasarkan info dari BWF, Korea Masters Super 300 tidak akan masuk dalam perhitungan poin untuk BWF World Tour Race to Guangzhou.

Akun twitter resmi PBSI menyebut, turnamen terakhir yang poinnya dihitung untuk Race to Guangzhou adalah Syed Modi International Badminton Championships 2018 Super 300 yang akan berlangsung di India pada 20-25 November mendatang.

Baca Juga: Hong Kong Open: Greysia / Apriyani Melaju, Wahyu / Ade Terhenti

Postingan PBSI mengenai regulasi baru BWF. [Twitter@INABadminton]

Bagi para pemain di setiap negara yang belum dipastikan lolos atau berada di luar ranking 8 Besar BWF World Tour Race to Guangzhou, tentu hal ini merupakan kabar buruk.

Mereka dipastikan kehilangan satu turnamen yang harusnya bisa menambah perolehan poin.

Wakil-wakil Indonesia bukan tanpa dampak, tiga ganda putra Indonesia yang masih berada di luar batas aman BWF World Tour Final atau ranking 8 Besar, yakni Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Berry Angriawan/Hardianto, terancam tak bisa mengikuti turnamen penutup tahun yang akan berlangsung pada 12-16 Desember mendatang.

Pasangan ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, melaju ke babak kedua Jepang Open 2018 setelah menang atas wakil tuan rumah, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, dengan skor 21-17, 20-22 dan 21-17, Rabu (12/9). [Humas PBSI]
Pasangan ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, melaju ke babak kedua Jepang Open 2018 setelah menang atas wakil tuan rumah, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, dengan skor 21-17, 20-22 dan 21-17, Rabu (12/9). [Humas PBSI]

Hendra/Ahsan sendiri kini berada di peringkat 10, Berry/Hardianto di peringkat 11, dan Fajar/Rian yang melewatkan dua turnamen level BWF World Tour Super 750 (Denmark dan Prancis) harus tercecer di peringkat ke-12.

Baca Juga: Hong Kong Open 2018 : Dua Ganda Indonesia Melaju ke Babak Kedua

"Kalau (mengubah regulasi) secara tiba-tiba ya BWF menurut saya kurang profesional kerjanya. Harusnya kalau mau dihitung ya mulai dari Januari sampai akhir (Desember) dong. Jadi kerjanya kan (terlihat) seperti sepotong-potong, enggak profesional," ujar Herry IP saat dihubungi Suara.com, Rabu (14/11/2018).

Menurut Herry, keputusan tiba-tiba BWF untuk mencoret Korea Masters 2018 sebagai turnamen pengumpul poin menuju BWF World Tour Final bukan hanya merugikan Indonesia. Negara lain diyakini Herry juga akan bereaksi sama.

"Ini merugikan setiap negara peserta yang mendaftar ke Korea (Masters 2018). Pasti akan banyak (negara) yang mengundurkan diri," ujar pelatih yang sukses memoles Kevin/Marcus menjadi ganda putra terbaik dunia saat ini.

Kepala Pelatih Ganda Putra Pelatnas PBSI, Herry Iman Pierngadi (tengah). [Humas PBSI]
Kepala Pelatih Ganda Putra Pelatnas PBSI, Herry Iman Pierngadi (tengah), bersama kedua anak didiknya, Marcus Fernaldi Gideon (kedua dari kanan) dan Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan). [Humas PBSI]

PBSI, kata Herry, juga telah melayangkan protes kepada BWF terkait keputusan mendadak tersebut.

Mereka ingin mengetahui alasan dibalik pencoretan Korea Masters 2018 sebagai turnamen peraup poin Road to Guangzhou.

"Kami sudah layangkan protesnya ke BWF untuk menanyakan kok kenapa bisa begini," tukas Herry IP.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI