Suara.com - Pebulutangkis spesialis ganda putri Indonesia, Greysia Polii mengaku tak habis pikir bisa bisa tujuh kali beruntun dipecundangi wakil-wakil Jepang. Lebih parah, kekalahan dirinya dan Apriyani Rahayu selalu terjadi di babak semifinal.
Di tahun 2018, Jepang memang menjadi momok menakutkan bagi Greysia / Apriyani. Tercatat, sudah 10 kali keduanya tumbang diberbagai kejuaraan.
Teranyar, ganda putri ranking tiga dunia itu tak berkutik kala beretmu wakil Jepang ranking lima dunia, Mayu Matsumoto / Wakana Nagahara.
Bermain di babak semifinal Prancis Open 2018, Greysia / Apriyani terlihat mengalami trauma jika bertemu wakil-wakil Negeri Sakura. Buktinya mereka kalah cukup mudah dengan skor 10-21, 8-21.
Menurut Greysia, usai dirinya dan Apriyani sukses menghentikan dominasi wakil Jepang di Thailand Open 2018, Misaki Matsutomo dan kolega terlihat banyak mengambil pelajaran dari kekalahan tersebut.
Dari rentang 3 hingga 4 bulan terakhir, Greysia mengatakan pola permainan Jepang sudah terlihat berubah. Kini, tiga dari lima pasangan Jepang yang menempati ranking 10 dunia, sangat sulit untuk dihentikan.
"Selepas Thailand atau Indonesia Open 2018 ini mereka sepertinya sulit sekali dikalahkan. Sampai saya berpikir kok bisa ya (kami kalah terus)," ujar Greysia Polii saat ditemui dikawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Banyaknya ganda putri Jepang yang menempati ranking top 10 dunia dinilai Greysia menjadi kunci mendominasinya wakil-wakil Matahari Terbit disetiap kejuaraan.
Para pelatih ganda putri Jepang, dinilai Greysia bisa menjadikan anak asuhnya sebagai tempat riset untuk mencari pola mengalahkan dirinya dan Apriyani.
"Contoh gini, di 8 besar saya menang lawan si A, besok si B belajar, Greysia/Apri kemarin mainya harus seperti ini, kita coba. Mungkin masih belum tembus, saya dan Apri masih tetap menang ruber gim, lalu saat di semifinal kami ketemu lagi si C. Si C belajar dengan lihat pola kami saat lawan si A dan B dan akhirnya beneran tembus (kita kalah)," terang Greysia Polii.
Lebih jauh, Greysia Polii berharap ganda putri Indonesia memiliki "peluru" lain selain dirinya dan Apriyani Rahayu. Para wakil lainnya disebut harus ikut bekerja keras demi menghentikan dominasi negeri sakura.
"Saya berharap siapapun itu, ya pasangan lain, kita harus sama-sama membangun. Mereka (ganda putri Indonesia lainnya) bisa. Kualitas kita sama, tinggal bagaimana mental kita saat kita bertanding saja," tukas peraih medali perunggu Asian Games 2018 tersebut.