Gempa Palu: Atlet Terjebak Reruntuhan Hotel, Paralayang Kirim Tim

Dua dari 7 atlet paralayang yang tertimbun reruntuhan Hotel Roa-Roa akibat gempa Palu ditemukan meninggal.
Suara.com - Paralayang Indonesia membentuk satgas yang bertugas membantu proses pencarian untuk mengidentifikasi para atlet paralayang yang tertimbun di Hotel Roa-Roa, Palu, Sulawesi Tengah, pasca dihantam gempa.
"Seharusnya tim Satgas dikirim Senin tadi, tetapi karena kendala transportasi, baru bisa diberangkatkan Selasa besok," kata Ketua Paralayang Indonesia, Wahyu Yudha, dikutip dari Antara, Selasa (2/10/2018).
Yudha mengatakan, satgas tersebut berjumlah enam orang. Dipimpin oleh Kepala Pelatih Paralayang Indonesia, Gendon Subandono.
Lima orang yang mendampingi, yakni Teguh Maryanto, Alfari Widyasmara, Yustira Dirajanagara, dan Ali Sukoco.
Baca Juga: Dari Reruntuhan ke Harapan: Kisah Jayadi, Penyintas Gempa Lombok yang Menginspirasi
"Besok mereka diberangkatkan menggunakan pesawat hercules menuju Palu," kata Yudha.
Pascagempa dan tsunami yang melanda Palu - Donggala, Jumat (28/9/2018), tujuh dari 30 atlet paralayang yang mengikuti lomba Festival Pesona Palu Nomoni 2018 sempat belum diketahui nasibnya.
Para atlet tersebut diketahui menginap di Hotel Roa-Roa, Palu Sulawesi Tengah. Saat kejadian gempa, tujuh atlet bersama tiga pendampingnya terjebak dalam reruntuhan hotel.

Ketujuh atlet tersebut, antara lain Reza Kambey, Ardi Kurniawan, Fahmi Malang, Glen Mononutu, Franky Kowas, Petra Mandagi dan satu atlet Korea bernama Dong Jin.
Hingga, Senin (1/10/2018) sore sekitar pukul 16.36 WITA, dua dari tujuh atlet yang hilang kontak tersebut ditemukan dalam keadaan meninggal saat proses evakuasi oleh tim Basarnas.
Baca Juga: Penjara Prancis Diserang dengan Senjata Otomatis: Tanggapan Keras atas "Tsunami" Narkoba
Kedua jenazah yang ditemukan di reruntuhan Hotel Roa-Roa dikenali oleh pihak keluarga adalah atlet paralayang Indonesia dari Sulawesi Utara, yakni Glen Mononutu dan Petra Mandagi.