Suara.com - Sinar kebintangan Jonatan Christie akhir-akhir ini mulai meredup. Hasil minor di dua turnamen sebelumnya—Jepang Open dan Cina Open 2018—seolah menenggelamkan kebintangan Jonatan yang memuncak saat merebut medali emas Asian Games 2018.
Di Jepang dan Cina Open 2018, Jojo—sapaan akrab Jonatan—gagal memenuhi ekspektasi penggemar dengan langsung tersingkir dibabak-babak awal.
Saat turun di Jepang Open, Jojo dikandaskan wakil India, Haseena Sunil Kumar Pranooy di babak pertama. Sedangkan di Cina Open 2018, Jojo disingkirkan wakil Hong Kong, Ng Ka Long Angus, di babak kedua.
Hasil minor itu membuat Jojo kini berada dalam bayang-bayang Anthony Sinisuka Ginting yang baru-baru ini meraih perstasi besar dengan menjuarai Cina Open 2018.
Baca Juga: Ini Rahasia Moncernya Performa Jojo dan Anthony Tahun Ini
Anthony yang di Asian Games 2018 hanya mampu meraih medali perunggu, secara mengejutkan mampu mengalahkan tunggal putra Jepang yang juga juara dunia 2018, Kento Momota, dengan skor 23-21 dan 21-19.
Hendry Saputra, selaku pelatih tunggal putra PBSI, tak menampik adanya penurunan performa dari Jojo selepas juara Asian Games 2018.
Menurut Hendry, faktor kelelahan fisik maupun psikis mendera pebulutangkis kelahiran 15 September 1997 itu pasca meraih prestasi tinggi di negara sendiri.
"Jonatan memang menurun dari segi prestasi, karena dia di Asian Games kan juara. Setelah Asian Games, ada masanya fisik, mental dan fokusnya menurun," kata Hendry dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Rabu (26/9/2018).
Meski begitu, Hendry tetap optimis bahwa Jojo dan para tunggal putra Indonesia lainnya mampu memberikan hasil terbaik di turnamen-turnamen mendatang.
Baca Juga: Eks Partner Pebalap Indonesia Ini Resmi Duet dengan Raikkonen
Pasalnya, saat Jojo sedang mengalami penurunan performa, Anthony Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa justru menunjukkan peningkatan dengan saling meraih gelar juara.