Dilarang Orang Tua
Keseriusan Sugianto menekuni pencak silat membuatnya kerap mengikuti kejuaraan-kejuaraan. Namun, Sugianto yang saat itu turun di nomor tanding, gagal memboyong trofi.
Oleh pelatihnya dia lantas disuruh belajar nomor seni atau TGR (Tunggal, Ganda, Regu). Semula dia males-malesan belajar TGR karena lebih terobsesi di nomor tarung.
"Setelah ikut kejuaraan pelajar se-Jakarta Selatan tahun 2005, kira-kira saat usia 15 tahun, akhirnya saya menang. Setelah itu ditekuni lagi. Ya mungkin rezekinya di nomor seni tunggal," tutur Sugianto.
Baca Juga: Bonus Asian Games, Atlet Bulutangkis dan Wushu Diberi Logam Mulia
Sugianto bukan tak mendapat hambatan di dunia pencak silat. Tantangan terbesar datang dari keluarganya sendiri. Orang tuanya sempat melarang dia berlatih pencak silat.
Alasan orang tuanya karena khawatir putra mereka ini jatuh sakit karena punya riwayat penyakit tipes (tifus).
"Menurut orang tua kan kalau punya tipes tidak boleh capek. Tapi saya tetap bandel," tuturnya.
"Pertama kali juara, waktu itu bentuknya piala saya kasih ke orang tua. Dan Alhamdulillah setelah itu orang tua mengizinkan saya latihan hingga saat ini," ujar Sugianto.