Jafro Persembahkan Medali Emas untuk Orangtua

Syaiful Rachman Suara.Com
Kamis, 23 Agustus 2018 | 22:42 WIB
Jafro Persembahkan Medali Emas untuk Orangtua
Atlet paralayang Indonesia Jafro Megawanto membawa bendera setelah merebut medali emas peroranganputra di nomor ketepatan mendarat Asian Games 2018 di Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Crack Palinggi
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peraih emas Asian Games 2018 di cabang olahraga Paralayang, Jafro Megawanto mendedikasikan medali untuk kedua orangtuanya.

"Yang pertama tentunya keluarga, khususnya orangtua," kata Jafro saat ditemui usai upaca seremoni pengalungan medali di arena Paralayang, Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/8/2018).

Lelaki kelahiran Malang ini berhasil menyumbangkan emas ketujuh untuk Indonesia pada nomor Ketepatan Mendarat (KTM) kelas individual putra.

Selama pertandingan yang berlangsung 10 ronde, Jafro meraih nilai akurasi tertinggi. Terutama pada ronde keempat, mendarat tepat dititik nol, atau sangat akurat. Pada nomor KTM ini mengharuskan para pilot atau atlet paralayang untuk mendarat di PAD, titik akurasi. Semakin kecil nilainya semakin akurat, atau semakin besar poinnya.

Baca Juga: Final Kepagian, Korsel Tekuk Iran di 16 Besar Sepakbola AG 2018

Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto, jelang pendaratan di Ronde 1 nomor Ketepatan Mendarat cabang Paralayang Asian Games 2018, di Kampung Pensiunan, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/8). [Antara/INASGOC/Tagor Siagian]
Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto, jelang pendaratan di Ronde 1 nomor Ketepatan Mendarat cabang Paralayang Asian Games 2018, di Kampung Pensiunan, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/8). [Antara/INASGOC/Tagor Siagian]

Pemuda 22 tahun ini mampu menyaingi Jirasak Witeetham dari Thailand yang terus membayangi selama 10 ronde pertandingan. Jafro dan Jirasak hanya selisih 20 poin. Masing 27 dan 47.

Jafro kelahiran 18 Maret 1996 merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Budi Sutrisno (55) dan Suliasi (43) yang keduanya berprofesi sebagai petani di Malang, mengawali kariernya dari seorang 'paraboy' yakni istilah bagi anak-anak pelipat parasut di arena Paralayang di Batu Malang.

Dimulai sejak usia 15 tahun, bersama teman-teman SMP, Jafro menjadi pelipat parasut, sehari dibayar Rp5.000. Selama menjadi paraboy, Jafro kecil bercita-cita menjadi atlet.

Seperti gayung bersambut, seoang atlet Parlayang Yosi Pasha mengajaknya berlatih di paralayang. Ajakan tersebut ia terima, dan rutin latihan terbang untuk mendapatkan lisensi penerbang.

Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto, meluapkan kegembiraan setelah berhasil menginjak target, pada babak keenam nomor ketepatan mendarat, Asian Games 2018 di cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8). [Antara/INASGOC/Tagor Siagian]
Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto, meluapkan kegembiraan setelah berhasil menginjak target, pada babak keenam nomor ketepatan mendarat, Asian Games 2018 di cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8). [Antara/INASGOC/Tagor Siagian]

Karena tidak punya uang untuk menyewa ojek menuju lokasi latihan, Jafro kerap meminta uang kepada orang tuanya. Hingga akhirnya orang tua merasa terbebani dan meminta dirinya berhenti dari latihan.

Baca Juga: Sabet Tujuh Medali, Indonesia Belum Bergeser dari Posisi Lima

Namun, penentangan tersebut tidak menyurutkan langkah lulusan SMK Akutansi Malang itu. Berbekal dari uang melipat parasut ia gunakan untuk membayar ojek menuju lokasi latihan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI