Suara.com - Dalam dunia Formula One (F1), kemampuan driver dalam berkomunikasi adalah salah satu hal terpenting. Berbicara dalam bahasa yang sama dengan crew di pit adalah keharusan. Apalagi, driver bertempur di lapangan, sementara komando dan saran datang lewat peranti radio.
Bila berasal dari negara berbeda, para pilot jet darat ini bahkan perlu menyesuaikan diri dengan bahasa tim atau markasnya.
Sementara urusan konferensi pers dan wawancara lain lagi, untuk hal satu ini dibutuhkan kecakapan berbahasa Inggris.
FIA atau federasi olahraga otomotif internasional mewajibkan juara pertama, dua, dan tiga membuat pernyataan kemenangan lisan dalam bahasa Inggris, dilanjutkan bahasa ibu atau bahasa resmi negaranya. Sementara untuk pra-balap, seluruh kontestan wajib menjawab pertanyaan jurnalis dalam bahasa Inggris.
Baca Juga: Atletico Dikabarkan Mengincar sang Putra, Ini Komentar Simeone
Setiap driver tentu memiliki keandalan tersendiri dalam mempelajari serta memahami berbagai bahasa untuk mendukung karier mereka di lintasan balap. Dan, di antara mereka, pastilah ada yang memiliki kemampuan di atas rata-rata sebagai duta komunikasi.
Mari kita kenal lebih dekat, empat driver balap jet darat sepanjang masa, dengan kemampuan berbahasa patut diacungi jempol.
Sebastian Vettel, juara F1 empat kali berturut (2010 - 2013)
Asli Jerman, bahasa paling ia kuasai tentu saja bahasa ibu, dengan berbagai aksen lokal, serta bahasa Inggris.
Kecakapan berbahasa Inggris didapat saat Vettel bergabung dengan tim Red Bull yang bermarkas di Milton Keynes, England. Kefasihan ini tampak jelas saat ia diwawancara Top Gear, BBC di mana dengan keterampilan berbahasa ia melayani banyolan pembawa acara, Jeremy Clarkson, yang satir khas Inggris.
Baca Juga: Karena Foto Briptu Eka di Bak, Sopir Truk Dihentikan Polisi
Setelah bergabung dengan tim Scuderia Ferrari, Vettel menunjukkan keterampilan berbahasa Italiano. Hal ini terutama bila menyimak percakapan radionya dengan pit crew.
Seb, begitu panggilannya, juga susah menolak permintaan jurnalis yang mewawancarainya dalam bahasa Italiano. Kecakapan dia terus berkembang dan pernah dengan jail ia melontarkan pertanyaan, “Bagaimana, Anda senang dengan bahasa Inggris bercampur Italia khas saya?”
Tetapi paling “gila” adalah kecakapan Seb dalam soal memaki. Lindsay Williams, blogger lindsaydoeslanguage menyatakan bahwa driver ini sanggup mengumpat dalam ... 30 bahasa! What the ....
Nico Rosberg, juara dunia F1 1 kali (2016)
Bisa disebut sebagai “bayi internasional”, Rosberg menganut dua kebangsaan warisan orangtuanya, Finlandia dan Jerman. Dibesarkan di Monte Carlo, Monaco, serta mengikuti keluarganya mengantar sang ayah, driver F1 Keke Rosberg berlaga ke seluruh penjuru dunia.
Di masa sekolah, bahasa Perancis menjadi santapan sehari-hari. Ditambah bahasa Jerman di rumah, serta Italiano dan Spanyol. Kecakapannya berbahasa Inggris semakin terasah saat berlaga di dua tim yang bermarkas di Inggris, yaitu Williams dan Mercedes.
Uniknya, sang ayah secara sengaja tak mengajarinya berbahasa Finnish, namun kelima bahasa ini dengan pertimbangan lebih penting sebagai penunjang karier Rosberg di F1.
Michael Schumacher, juara dunia F1 7 kali berturut (1994 - 2004)
Memegang reputasi sebagai juara dunia berkesinambungan kurun 10 tahun, kecakapan Michael Schumacher berbahasa Inggris tak perlu diragukan lagi. Ia sangat terbiasa memberikan pernyataan pasca balap dalam konferensi pers menggunakan bahasa ini, ditambah bahasa ibu, Jerman.
Kecakapan berbahasa Inggris Schumacher juga diasah selama bergabung dengan tim Britania Raya: Jordan, Benetton, dan Mercedes.
Lantas berbahasa Italiano didalami saat bergabung dengan tim Scuderia Ferrari. Sembari terus mengasah keandalan berbahasa Inggris. Dengan taktis, rupanya saat pindah ke tim berbendera Italia ia memboyong beberapa sosok penting dari tim sebelumnya di Inggris.
Ayrton Senna, juara dunia F1 3 kali (1988, 1990, 1991)
Di antara para driver zaman old, Ayrton Senna dipandang sebagai sosok filosofis. Selalu mencerna pertanyaan berbahasa Inggris beberapa saat, baru kemudian menjawab setelah jeda tertentu.
Hal ini sampai pernah mendatangkan pertanyaan: apakah ia menguasai bahasa internasional itu dengan baik?
Nyatanya benar, ia fasih. Bahkan pilihan kata, dan cara bertuturnya apik. Ditambah satir khas Inggris, karena sepanjang kariernya di F1 ia selalu berada di tim berkedudukan di Inggris: Toleman, Lotus, McLaren, dan Williams.
Senna buka rahasia di kemudian hari soal kebiasaan berdiam sejenak sebelum menjawab ini, “Tinggal di negara yang memiliki budaya berbeda dengan tempat kelahiran membuat saya perlu berpikir soal penerapan kata dan kemungkinan pengertian yang ditangkap pendengar. Bahkan bila harus memaki, saya mesti paham dahulu, mana kosakata yang mesti dipakai.”
Fasih berbahasa Portugis sebagai bahasa ibu, Senna juga pakar berbahasa Inggris, ditambah Spanyol dan Italiano. Serta sedikit Nihongo atau bahasa Jepang, karena saat bergabung dengan tim McLaren, pemasok mesinnya adalah Honda.
Ia kerap mengetes mesin serta menjadi bintang pariwara di Negeri Matahari Terbit itu. Bahkan Honda melansir sport car khusus seri Senna. Dan saat ia meninggal di F1 GP San Marino 1993, markas Honda di Minato-ku, Tokyo, banjir buket bunga ungkapan duka cita.