Suara.com - Tim trampolin Indonesia sudah siap secara fisik dan teknik untuk terjun di Asian Games 2018. Kini, Yudha Tri Aditya dan kawan-kawan tinggal mengasah mental bertanding.
Kesiapan psikologis ini bukan tanpa sebab. Untuk diketahui, pelatnas trampolin baru terbentuk setelah dipastikan menjadi satu dari 40 cabor yang dipertandingkan di Asian Games 2018.
Sebagai debutan, ketiga atlet Indonesia yang menjalani pelatnas trampolin saat ini—Yudha Tri Aditya, Dimas Sindhu Aji, dan Calvin Ponco (cadangan)—membutuhkan treatment dari sisi psikologis.
Baca Juga: Polri Jamin Asian Games 2018 Bebas Kejahatan Jalanan
Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Pelatih Pelatnas Trampolin Indonesia, Lulu Manurung, saat ditemui di pelatnas trampolin di Houbii Urban-Adventure Park, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (31/7/2018).
"Memang yang saya jaga adalah psikologi anak-anak. Karena ini penting, atlet tak hanya lawan musuhnya saja, tapi dia harus juga melawan dirinya sendiri," kata Lulu.
PB Persani, selaku induk olahraga trampolin Indonesia, kata Lulu, telah mendampingi para atlet dengan mendatangkan ahli psikologis.
Selama pemusatan latihan, setiap satu minggu sekali para atlet diberikan motivasi dan treatment untuk menjaga kondisi mentalnya.
"Ahli psikologis dari orang PB Persani sendiri. Para atlet diajarkan membangun visualisasi sehingga apa yang dipikirkan atlet itu bisa dipanggil dan otak memerintahkannya dalam bentuk pergerakan," papar Lulu.
"Itu sesuatu yang kadang tak bisa ditangani oleh pelatih. Itu sudah kita mulai hampir sebulan. Progresnya sudah luar biasa. Dan itu memang sudah dipakai oleh atlet-atlet dunia," tukasnya.
Selain berlatih intensif, atlet-atlet trampolin juga mengadakan sesi konsultasi dengan pelatih trampolin asal Kanada, Greg, melalui jaringan internet.
Video latihan atlet akan langsung dianalisis dan dievaluasi oleh analis dari jarak jauh.
Baca Juga: Kejuaraan Dunia : The Minions Tampil, Jadwal Wakil Indonesia Hari Ini
Hal itu, kata Lulu diharapkan, bisa meningkatkan kecakapan atlet dari segi teknik dan fisik sebelum turun di pesta olahraga terbesar bangsa Asia ke-18 tersebut.
"Mereka digembleng sampai mendapatkan tingkat pengurangan terkecil. Karena trampolin ini melihat faktor keindahan, jadi harus meminimalisir kesalahan (gerakan). Makin kecil kesalahan, makin indah gerakan mereka nanti," tukasnya.