Suara.com - Saat driver Formula 1 (F1) zaman old, Ayrton Senna tiada pasca mengalami nahas di tikungan Tamburello, F1 GP San Marino 1994, dunia balap jet darat berharap: kejadian fatal seperti itu tak bakal terulang kembali.
Bagian safety diperbarui, regulasi semakin ketat, sehingga saat film dokumenter Senna dilansir, pada bagian end credit tertulis kalimat: setelah dirinya, tiada lagi kecelakaan fatal di sirkuit F1.
Sayangnya, tepat 20 tahun setelah kejadian Senna mengalami trauma di bagian tengkorak akibat melesatnya pecahan logam dari bagian depan tunggangannya, dunia F1 kembali berduka. Kali ini driver muda Perancis, Jules Bianchi dari tim Marussia berpulang.
Ia mengalami insiden tabrakan di F1 GP Suzuka pada Oktober 2014 yang berakibat cedera otak parah. Setelah berjuang sekitar satu tahun, Bianchi berpulang pada 17 Juli 2015.
Baca Juga: Ahmad Dhani Akhirnya Maju Jadi Caleg dari Partai Gerindra
Ada dua hal yang menjadi topik hangat seiring kepergiannya, yaitu keputusan pihak penyelenggara untuk tetap melangsungkan balapan meski tengah berlangsung badai.
Hal kedua adalah kondisi Bianchi setelah kecelakaan, yang dinyatakan bakal sulit pulih seperti sedia kala.
Padahal, sebagai sosok driver F1, ia kerap disebut-sebut sebagai calon pendamping juara dunia jet darat empat kali, Sebastian Vettel (Ferrari) di tim The Prancing Horse. Sebagai sosok yang ramah, ia juga menjalin persahabatan dengan driver muda asal Monaco, Charles Leclerc (Sauber).
Sehingga sangatlah menyentuh, saat turun bertarung di F1 GP Monaco 2018 Leclerc menyebutkan, "Balap di Monte Carlo ini saya persembahkan untuk mengenang Ayah serta Jules."
Kini, tiga tahun sudah Bianchi berpulang. Tepat di hari ini, tiga tahun yang lalu. Namanya masih diperbincangkan para penggemar balap jet darat di seluruh dunia.
Baca Juga: Prabowo Ungkap Tempat Pertemuannya dengan SBY Besok
Artikel ini terbit perdana di Mobimoto.com oleh Rendy Adrikni Sadikin/Husna Rahmayunita.