Suara.com - Mental calon juara sekaligus keras kepala ditunjukkan Max Verstappen (Red Bull) saat turun balap di F1 GP Monaco 2018 pekan lalu (27/05/2018). Dengan kata lain ia tidak baper atau bawa perasaan usai menabrak pembatas saat qualy yang membuat jet daratnya tak bisa dibereskan secara maksimal sebelum turun di race day.
Sebagai konsekuensi kejadian itu, ia mesti start di grid paling buncit. Di posisi ke-20.
Meski berada di tempat paling tidak menguntungkan, sedari awal Max sudah tancap gas. Dia sanggup mengisi celah para petarung lain dan melejit sampai posisi ke-9. Hasil yang cukup menarik dan membuktikan bahwa Verstappen muda ini tetap haus prestasi.
Soal gaya menyetir agresifnya, di musim 2017 Max pernah dikritik legenda driver F1 juara dunia tiga kali, Niki Lauda. Dan Max yang ayahnya juga driver F1 di bawah angkatan Lauda saat itu balik melayani dengan komentar pedas.
Baca Juga: Harga Jual Emas Antam Dibanderol Rp 654.000 Per Gram
Kini, di musim 2018 ia juga dikomentari serupa. Kali ini giliran juara dunia F1 1997, Jacques Villeneuve angkat bicara.
Seperti dilansir Motorsport.com, putra mendiang driver F1 Gilles Villeneuve itu berkata bahwa Max tidak akan mencapai prestasi puncak bila tidak mengubah cara pendekatan dia terhadap trek.
“Ia tidak menghitung risiko secara tepat dan ini terbukti dengan apa yang mesti ia bayar di balapan kemarin,” tandasnya. “Suatu hal mesti diubah karena sejak awal musim ia sudah bertabiat seperti begini.”
Bagi Villeneuve, rasanya susah bila Verstappen mesti dibuat lebih kalem dalam melahap trek. Dia khawatirkan, bila membawa jet darat dengan gaya begitu terus, bisa-bisa lajang berbakat dengan reputasi driver F1 termuda ini tidak bisa jadi juara.
“Untungnya,” ujar juara dunia F1 kelahiran Kanada itu, "Tim tempatnya bernaung tetap memberikan dukungan maksimal.”