Minim Prestasi, Pebulutangkis Putri Dinilai Kehilangan Panutan

Sabtu, 07 April 2018 | 17:05 WIB
Minim Prestasi, Pebulutangkis Putri Dinilai Kehilangan Panutan
Susy Susanti kala masih membela Indonesia di Piala Uber 1998 (AFP/Frederic Brown).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Legenda bulutangkis nasional, Imelda Wiguna angkat suara terkait minimnya prestasi yang diraih pebulutangkis putri Indonesia di kancah internasional.

Menurut peraih juara All England 1979 ini, para pebulutangkis putri kehilangan sosok panutan di dalam lapangan.

Saat ini sosok-sosok tangguh seperti Susy Susanti, kata Imelda, belum terlihat lagi dalam diri srikandi-srikandi muda Indonesia.

Legenda bulutangkis Indonesia Imelda Wiguna saat ditemui di GOR PB Jaya Raya, Bintaro, Tangerang Selatan, Jum'at (6/4/2018). [Suara.com/Arief Apriadi]

Baca Juga: Bawa Harum Nama Indonesia, Tim Bulutangkis Dihadiahi Bonus Rp5 M

"Pemain-pemain senior itu sangat mempengaruhi regenerasi, memotivasi ya. Kalau lihat seniornya berhasil kan tentu ada kebanggaan," ujar Imelda saat ditemui di GOR PB Jaya Raya, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (6/4/2018).

Imelda pun membandingkan kondisi perbulutangkisan Indonesia di zamannya dengan era sekarang ini.

Menurutnya, euforia penonton terhadap atlet-atlet bulutangkis khususnya pebulutangkis putri, sudah jauh berkurang dibanding saat ia masih bermain.

"Dulu, kita lihat masuk lapangan ke GOR (Gelanggang Olahraga) itu orang langsung semarak. Kalau sekarang kan, cuma melihat dan bertanya-tanya itu siapa?" tuturnya.

"Atlet-atlet junior yang bareng dengan kita jadi gede hati melihat kita sebagai senior di elu-elukan, melihatnya merinding," Imelda menambahkan.

Baca Juga: Ini Lawan Pebulutangkis Indonesia di Final Indonesia Masters 2018

Lebih jauh, Imelda melihat sebenarnya banyak sekali pemain-pemain berbakat yang tersebar di penjuru nusantara.

Hanya saja, menurutnya sistem perekrutan di Indonesia masih belum bisa memaksimalkan potensi tersebut.

"Pemain itu sebenarnya banyak di daerah, tapi bagaimana merekrutnya? Itu (yang) masih menjadi masalah. Setelah direkrut postur bagus, mental bagus, tinggal bagaimana yang menangani. Itu perlu pengarahan dari PBSI," ujar Imelda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI