Suara.com - Ketua Umum Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, PB PASI, Muhammad Bob Hasan mengkritik kebijakan pengurus kompleks olahraga Gelora Bung Karno, PPK-GBK.
Bob Hasan menilai kompleks Gelora Bung Karno seharunya digunakan untuk proses pembinaan olahraga, bukan untuk dijadikan lahan pemasok keuntungan.
Saat ini, menurutnya, Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) hanya memikirkan keuntungan komersial dengan mengizinkan sekitaran kompleks GBK dipenuhi pembangunan pusat perbelanjaan dan hotel.
Para pegiat olahraga, terutama cabang-cabang olahraga Indonesia, termasuk PB PASI malah terpinggirkan.
Baca Juga: Menpora Tak Ingin Masalah Video Persija Sampai ke Ranah Hukum
Salah satu keputusan Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) yang disoroti pria yang juga pemilik media Gatra tersebut adalah terkait mahalnya tarif sewa venue disekitsran Komplek GBK.
PB PASI yang ingin menggelar Kejurnas Atletik 2018 dikenai tarif tinggi untuk menggunakan Stadion Madya, Senayan.
"Atletik tak punya uang, kalau kita disuruh bayar begitu banyak. Kita bakal latihan dikampung (ditempat tak standar) lagi," tutur Bob Hasan di Stadion Madya, Komplek GBK, Senayan, Jakarta, pada Kamis (29/3/2018).
Pihak pengurus GBK memang telah menggratiskan lahan GBK untuk dipakai kegiatan pelatnas semua Cabang Olahraga. Namun, untuk perhelatan Kejurnas dan kegiatan lain diluar pelatnas, pihak GBK tetap mematok tarif yang dinilai cukup mahal.
"Gelora Bung Karno ini dibangun untuk pembinaan olahraga. Sekarang bukan untuk bina olahraga, GBK dibikin mall, dibikin hotel, kitanya disuruh bayar," ungkap Bob Hasan di Stadion Madya, Komplek GBK, Senayan, Jakarta pada Kamis (29/3/2018).
Baca Juga: Bawa Pistol ke Tengah Laga, Presiden Klub Ini Dihukum Tiga Tahun
Pria 87 tahun itu pun meminta agar pihak GBK jangan mencari keuntungan dari penarikan biaya sewa. Menurutnya penentuan besar kecilnya tarif sewa, disesuaikan hanya untuk kebutuhan perawatan fasilitas saja, bukan mencari laba.