Suara.com - Indonesia dipastikan meraih satu tiket di partai final ganda putra German Open BWF World Tour 300 setelah terjadi 'Perang Saudara' antara pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di semifinal, Sabtu (10/3/2018).
Hendra/Ahsan melaju ke semifinal usai menghentikan perlawanan unggulan keempat asal Taiwan, Lee Jhe Huei/Lee Yang (Taiwan), di perempat final, Jumat (9/3/2018) atau Sabtu dini hari WIB, dengan skor 21-13 dan 22-20.
"Kami berhasil menerapkan strategi di lapangan. Lawan juga banyak error. Waktu ketinggalan di game kedua, yang penting nggak nyerah, saling komunikasi, walaupun misalnya ujung-ujungnya kalah, tapi coba dulu," kata Ahsan, dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com.
"Permainan ramai di game kedua karena pola permainan lawan lebih hidup, mereka jadi bisa ada reli-reli," tambahnya.
Baca Juga: Babak Kedua German Open: Anthony Kantongi Pola Main Yuxiang
"Hari ini lawan tidak bermain seperti biasanya. Kalau mau menang ya memang harus bikin mereka nggak keluar permainannya," ujar Hendra.
Sementara itu, Fajar/Rian lolos ke babak empat besar setelah memetik kemenangan atas Kim Won Ho/Seo Seung Jae, dengan skor 21-16 dan 21-16.
Foto: Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ajang German Open BWF World Tour Super 300. [Humas PBSI]
Fajar/Rian tak banyak menemukan kesulitan berarti dalam menghadapi Kim/Seo. Keduanya telah mempelajari pola permainan pasangan Korea Selatan tersebut.
Baca Juga: Hafiz / Gloria Takluk di German Open, Pelatih Ungkap Pemicunya
"Saya kira tadinya kami akan bertemu Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, karena mereka lebih diunggulkan. Jadi kami awalnya pelajari permainan Kamura/Sonoda. Tetapi semalam sebelum tidur saya menonton pertandingan mereka lawan Wahyu Nayaka/Ade Yusuf di Macau Open 2017. Jadi sudah ada gambaran,” kata Fajar.
"Pasangan Korea ini terkenal defense-nya rapat, tetapi mereka lebih sering mengandalkan defense, serangan baliknya kurang," tambahnya.
"Dari awal kami mainnya terus menyerang, lawan pun banyak mengarahkan shuttlecock ke atas, karena mereka memang maunya main bertahan. Mau nggak mau, kami serang terus, mereka nggak gampang dimatikan," tutur Rian.